
Fakultas Pendidikan Unhi Serius Gaungkan Gerakan Bali Bebas Sampah dari Pura
Tabanan-kabarbalihits
Permasalahan sampah di Bali, khususnya sampah upacara, semakin mengkhawatirkan. Tak hanya mengotori lingkungan, penggunaan plastik dalam sarana persembahyangan kini menjadi tren yang tanpa disadari turut mencemari kesucian pura. Melihat urgensi ini, Fakultas Pendidikan Universitas Hindu Indonesia (Unhi) bergerak cepat melalui kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) bertajuk “Bhakti Pertiwi: Bijak Mengelola Sampah” yang digelar di Pura Puncak Patali dan Taksu Agung, Tabanan.
Kegiatan ini difokuskan pada sosialisasi dan edukasi kepada para Jero Mangku yang ngayah di pura, sebagai tokoh sentral spiritual yang diyakini mampu menjadi agen perubahan di lingkungan suci. Dalam sosialisasi tersebut, para pemangku diajak untuk lebih aktif menyampaikan pesan kepada umat agar tidak meninggalkan sampah bekas upacara, terutama yang berbahan plastik, di areal pura.
Ketua pelaksana kegiatan, Prof. Dr. Dra. I Gusti Ayu Suasthi, M.Si, menekankan bahwa pemangku memiliki peranan strategis dalam mengedukasi umat, bukan hanya soal tatacara persembahyangan, tetapi juga dalam menjaga keharmonisan alam dan kesucian tempat suci.
“Pemangku tidak hanya mengantar umat bersembahyang, tetapi juga bisa menjadi penyambung pesan tentang pentingnya menghindari penggunaan plastik dalam sarana upacara. Kalaupun terpaksa menggunakan, umat harus bijak dalam mengelolanya, jangan sampai dibuang sembarangan di areal pura,” ujarnya.
Hal senada disampaikan oleh Dekan Fakultas Pendidikan Unhi, Prof. Dr. Wayan Paramartha, SH., M.Pd. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen civitas akademika Unhi untuk mendukung gerakan Bali Bebas Sampah, khususnya sampah upacara yang sering luput dari perhatian. “Kegiatan ini akan terus kami lanjutkan ke berbagai wilayah yang membutuhkan sentuhan edukatif, tak hanya soal lingkungan, tetapi juga yang berkaitan dengan pendidikan, kesenian, dan spiritualitas,” jelasnya.
Sebagai bentuk penghormatan dan rasa bhakti kepada para pinandita yang telah mengabdi secara tulus, Fakultas Pendidikan juga menyerahkan punia berupa sarana upacara dan wastara (kain suci) kepada para pemangku di kedua pura tersebut.
Dengan menyasar langsung akar permasalahan di tingkat komunitas religius, kegiatan ini diharapkan menjadi langkah konkret dan berkelanjutan dalam upaya mewujudkan Bali yang lebih bersih, suci, dan lestari. Kampus tidak hanya sebagai pusat ilmu, tetapi juga penggerak perubahan nyata di masyarakat.(r)