
Lewat Program PKM, Dosen FEB Unwar Dorong Tata Kelola dan Kemandirian Desa Senganan
Tabanan-kabarbalihits
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Warmadewa (Unwar) melaksanakan program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) di Desa Senganan, Kecamatan Penebel, Tabanan. Mengusung tajuk “Tata Kelola Keuangan dan Potensi Desa Menuju Desa Mandiri dan Sejahtera”, program ini bertujuan mendorong Desa Senganan menjadi desa yang benar-benar mandiri, yang pada akhirnya akan menciptakan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
PKM ini merupakan implementasi dari salah satu poin Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pengabdian kepada masyarakat. Program telah dimulai sejak Desember 2024 dan akan berlangsung hingga Desember 2025, dengan tim beranggotakan tiga dosen yang diketuai oleh I Gusti Ngurah Sanjaya, S.E., M.Si., Ak., C.A.
“Kenapa kami mulai Desember? Karena perencanaan APBDes dimulai akhir tahun dan pelaksanaannya berjalan dari Januari hingga Desember,” ungkap Sanjaya. Ia menambahkan, pelaksanaan PKM ini dilakukan secara sistematis dengan pola monitoring dan evaluasi (monev) per triwulan, yakni Januari–April (Triwulan 1), Mei–Agustus (Triwulan 2), dan September–Desember (Triwulan 3).
Kini, program telah memasuki bulan Juni dan hasil evaluasi triwulan pertama telah diperoleh. Sanjaya, yang merupakan putra asli Desa Senganan, mengungkapkan berbagai persoalan yang ditemukan dalam pelaksanaan program ini.
Salah satu temuan utama adalah lemahnya tata kelola keuangan desa. “Desa tampaknya belum mampu mengelola berbagai sumber pendapatan, baik dari APBN, APBD Provinsi, maupun Kabupaten. Ini terlihat dari tidak adanya inovasi yang lahir dari pengelolaan tersebut,” tegas Sanjaya.
Ia juga menyoroti masalah kelembagaan di tingkat desa. Struktur organisasi seperti Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dan Karang Taruna ada, tetapi secara fungsional tidak berjalan. “Strukturnya ada, tapi orangnya tidak aktif. Ini menyebabkan tidak adanya mitra strategis desa dalam merancang dan membahas program-program pemberdayaan,” ujarnya.
Dalam evaluasi pertama, tim PKM mendorong agar kedua lembaga ini segera diaktifkan kembali sebagai mitra kerja pemerintah desa.
Permasalahan berikutnya yang ditemukan adalah belum adanya master plan atau rencana induk pengembangan desa. Hal ini menyebabkan pembangunan berjalan tanpa arah dan sering kali tumpang tindih, termasuk pada zona yang seharusnya menjadi jalur hijau. “Regulasi jadi lemah, peraturan desa terlambat. Akibatnya, ketika ada pihak yang ingin membangun, desa kesulitan memberikan kepastian hukum. Ini jelas menjadi hambatan,” jelas Sanjaya.
Salah satu fokus PKM juga menyentuh aspek ekonomi melalui penguatan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Sayangnya, BUMDes di Desa Senganan yang sebelumnya menerima dukungan dana dari program Gerbang Sadu Provinsi Bali dan Dana Desa dari pusat, kini tak lagi aktif.
“BUMDes sempat berjalan, tapi akhirnya bangkrut. Meski sempat terdampak COVID-19, seharusnya tetap ada data dan evaluasi menyeluruh. Nyatanya, sampai sekarang tidak ada pendapatan asli desa dari BUMDes,” kata Sanjaya. Hal ini menunjukkan minimnya monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh pengurus sebelumnya.
Karena itu, pihak desa telah mengeluarkan Surat Keputusan (SK) Penyelamatan BUMDes dan melibatkan Sanjaya sebagai pengawas. “Saya siap dilibatkan. Ini bagian dari komitmen PKM kami. Harapannya, di akhir Juni sudah terlihat titik terang dan pihak yang bertanggung jawab tidak melempar kesalahan,” tegasnya.
Selain BUMDes, program pengabdian juga mendorong pembentukan Koperasi Merah Putih di Desa Senganan. Inisiatif ini telah disetujui dalam Musyawarah Desa (Musdes) yang digelar pada 19 Juni 2025, di mana tim PKM juga turut hadir.
Menurut Sanjaya, pembentukan koperasi ini adalah langkah penting dalam memperkuat ekonomi masyarakat. Namun, ia juga mengingatkan pentingnya kepemimpinan yang visioner di tingkat desa. “Hari ini kita sudah melihat kegagalan akibat memilih pemimpin yang tidak punya visi. Ke depan, masyarakat harus lebih cerdas memilih,” tutupnya.
Melalui PKM ini, FEB Unwar tidak hanya hadir sebagai institusi akademik, tetapi juga sebagai mitra strategis dalam mendampingi desa menuju kemandirian dan kesejahteraan yang berkelanjutan.(kbh2)