
JTrip Indonesia Makin Percaya Diri, Berikan Pelayanan Optimal Transportasi Hingga Ticketing
Denpasar-kabarbalihits
Aplikasi gabungan dari berbagai booking system, JTrip Indonesia (JTRIPI) hadir semakin percaya diri memberikan pelayanan ke publik yang lebih optimal, dengan legalitas dan dukungan dari investor.
Hal itu disampaikan CEO JTrip Indonesia saat acara peluncuran JTRIPI di Bali bersama investor, tim legal, serta para driver, pada Sabtu (15/3/2025).
CEO JTrip Indonesia Putu Suciawan menyampaikan, aplikasi ini merupakan karya putra Bali, dimana seluruh tim JTrip merupakan putra bangsa dan siap bersaing di tingkat nasional maupun internasional.
Tidak dipungkiri dalam mewujudkan visinya, JTrip Indonesia menemui kendala untuk mencari investor, sehingga terjadi keterlambatan dalam peluncuran.
“memang ada kendala dulu mencari investor, sehingga lambat buka. Akhirnya kita mendapat investor, saya mendapat Suresh Punjabi, dan tim legal saya,” jelasnya.
Disebut JTRIPI merupakan aplikasi gabungan booking system dari layanan transportasi, akomodasi hingga ticketing, yang dapat diunduh melalui Google Play Store & App Store.
JTRIPI yang sementara berkantor di Jalan Tunjung Sari, Padangsambian Kaja, Denpasar Barat, kedepannya akan memiliki sosial media bernama INTrip atau MyTrip.
“jadi JTRIPI ini akan ada sosial media, marketplace-nya, jadi suatu aplikasi gabungan yang dibentuk oleh putra-putra bangsa,” katanya.
Meski baru berdiri aplikasi JTRIPI sudah memiliki sekitar 9000 lebih pengguna. Suciawan menargetkan akan menyamakan dengan aplikator lainnya. Dimana dalam 3 bulan kedepan, layanan JTrip Indonesia bisa dimanfaatkan oleh 6-7 juta pengguna, dan 6 bulan kedepan dapat mencapai 50 juta pengguna.
Ditekankan terkait regulasi, JTRIPI memiliki segmen booking ticketing system. Sehingga proses penjemputan tamu di Bandara dapat dilakukan melalui ticketing system tersebut. Termasuk menawarkan pembelian tiket pariwisata, tiket bus, tiket kereta api, hingga tiket konser dapat dicari di aplikasi JTrip Indonesia.
“kami juga punya hotel system booking, disini juga bisa cari kos-kosan, hotel, cari villa juga, jual beli properti juga bisa, dan spesialnya lagi bisa mengurus visa untuk membantu orang Indonesia liburan ke luar negeri dan orang luar negeri yang datang, semua tertuang dalam satu aplikasi,” bebernya.
Dengan memiliki segmen yang berbeda, pihaknya optimis dapat bersaing dengan aplikasi yang sudah lebih dulu digunakan oleh publik.
“ya optimis, mereka bukan kompetitor kami, kami punya segmen berbeda artinya kami sudah punya market yang berbeda,” pungkasnya.
Rencananya JTrip Indonesia akan bekerjasama dengan desa adat di Bali untuk memberikan aplikasi yang dikelola dengan sistem sharing profit, dengan tujuan memberikan manfaat bagi masyarakat Bali.
Suciawan menyadari adanya tantangan mengenai penolakan terhadap driver online di Bali. Baginya penolakan yang dimaksud adalah ketentuan masalah tarif. Diharapkan Pemerintah dapat membuat regulasi harga yang jelas untuk menghindari kecemburuan sosial.
“kami berharap pemerintah dapat membuat regulasi harga yang jelas agar persaingan terjadi berdasarkan konsep, bukan harga,” harapnya.
Lainnya, terkait isu driver online wajib memiliki identitas Bali, JTrip berkomitmen untuk mengikuti aturan daerah dengan menerapkan plat DK dan ber-KTP Bali bagi pra driver. Juga penting baginya mengimbau para driver JTrip Indonesia untuk tidak parkir di bahu jalan, serta tidak melakukan tindakan yang melanggar hukum.
Bagi calon driver yang ingin bergabung, pihaknya juga menawarkan cashback mingguan, bulanan, sesuai pendapatan dan asuransi bagi para driver, termasuk santunan jika terjadi kecelakaan. Suciawan mengklaim bentuk kepedulian sosial ini hanya ada di JTrip Indonesia.
“kalau ada yang kecelakaan, meninggal itu dapat asuransi dan santunan dari JTrip. Sepertinya aplikasi lain tidak ada, kayanya satu-satunya kami ini. Saya ingin ketika para driver terjadi sesuatu, anak-anaknya masih bisa sekolah dari asuransi itu,” ujarnya.
Khusus di Bali, mitra yang sudah bergabung dengan JTrip Indonesia sekitar 2.500 driver. Disebut jumlah ini lebih sedikit dibandingkan di daerah lain di Indonesia.
Hal itu dipandang warga Bali cenderung disibukan dengan urusan adat dan banjar. Namun pihaknya optimis jumlah driver akan terus berkembang kedepannya.
“tidak menyalahkan juga, orang kita sibuk dengan urusan Banjar, krama, agak berat orang Bali,” imbuhnya. (kbh1)