YPIA Gelar Seminar Nasional Internal Audit 2024, Hasilkan Beberapa Rekomendasi Penting
Badung-kabarbalihits
Guna mengatasi tantangan terkini dalam dunia audit internal pada sektor publik, swasta, BUMN, dan akademi, Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) menggelar Seminar Nasional Internal Audit (SNIA) 2024 selama dua hari (4-5 Desember 2024) di The Stone, Kuta, Badung.
Seminar Nasional yang mengusung tema Cultural Transformation: Integrating ESG ( Environmental, Social, and Governance), Cybersecurity, and Innovative Risk Management diikuti ratusan peserta, datang dari para Auditor Internal beserta para Eksekutif/Pengawas di BUMN/BUMD, DPR-RI, instansi, swasta, dan akademisi.
Tidak hanya sebagai wadah bagi para profesional auditor internal, manajemen risiko, dan tata kelola untuk berbagi wawasan, pengetahuan, dan praktik terbaik dalam menghadapi tantangan di era transformasi budaya, SNIA ini digelar bertujuan untuk mengedukasi para peserta tentang peran strategis auditor internal dalam mengawasi penerapan dan kepatuhan terhadap kebijakan dan praktik terkait ESG dan keamanan siber, serta memperkuat peran auditor internal sebagai agen perubahan dalam organisasi, yang berfungsi tidak hanya untuk pengawasan dan kepatuhan, tetapi juga sebagai penggerak utama transformasi budaya yang mendukung keberlanjutan, keamanan, dan inovasi.
Menurut Ketua Umum YPIA, Dr. Setyanto P. Santosa, SE, MA, QIA., era disrupsi digital dan krisis iklim yang terjadi saat ini mendorong organisasi untuk mampu mengadaptasi pendekatan pengelolaan risiko yang lebih strategis, kolaboratif, dan inovatif.
Dalam menghadapi dunia yang semakin rumit, dimana black swan event makin sering terjadi, maka transformasi budaya dalam pengelolaan risiko menjadi makin penting bagi internal audit, sebagai garda terdepan dalam menjaga tata kelola dan akuntabilitas.
“yang kini dituntut untuk memainkan peran yang lebih strategis dalam menghadapi tantangan global yang terus berkembang,” kata Ketua Umum YPIA, Setyanto P. Santosa, Kamis (5/12/2024).
Disebut masa mendatang, organisasi baik sektor publik, swasta, BUMN, dan akademisi perlu mengadopsi pendekatan proses bisnis yang lebih adaptive, proactive, dan resilient. Integrasi ESG, keamanan siber, dan inovasi manajemen risiko tidak hanya membantu organisasi bertahan, tetapi juga menciptakan peluang untuk pertumbuhan berkelanjutan (sustainable), sehingga mampu menjadi future-ready organization.
“untuk bertransformasi menjadi future-ready organization diperlukan kemampuan untuk melaksanakan transformasi budaya sebagai landasan strategis untuk menghadapi dinamika global yang terus berubah,” pungkasnya.
Pada Seminar Nasional Internal Audit ini menghasilkan beberapa rekomendasi, diantaranya, mengintegrasikan ESG sebagai Core Business Strategy, dimana Organisasi perlu mengadopsi ESG-driven innovation dengan menjadikan keberlanjutan sebagai inti dari operasional dan keputusan strategis.
Selanjutnya membangun Cyber-Resilient Ecosystem dengan Pendekatan Budaya Kolaboratif. Di era kejahatan siber yang semakin canggih, cybersecurity resilience memerlukan digital-zero trust culture yang mengedepankan kolaborasi lintas fungsi.
Kemudian, mengadopsi Predictive Risk Analytics untuk Mengelola Ketidakpastian
Organisasi perlu beralih dari reactive risk management menuju pendekatan proaktif berbasis predictive risk analytics.
Lainnya, membangun Adaptive Leadership untuk Merespons Era TUNA (Turbulence, Uncertainty, Novelty, and Ambiguity), yakni kepemimpinan adaptif memainkan peran krusial dalam menghadapi tantangan yang muncul pada era TUNA. Pemimpin yang adaptif tidak hanya mampu mengelola ketidakpastian dan dinamika pasar, tetapi juga memainkan peran penting dalam menciptakan budaya organisasi yang bebas dari korupsi (minimizing fraud risk).
Terakhir, dapat mendorong Behavioral Alignment untuk mengakselerasi Transformasi Budaya di Organisasi. Dimana transformasi budaya harus fokus pada behavioral alignment di semua lini organisasi. Transformasi budaya mencakup data-driven decision-making, peningkatan kolaborasi lintas fungsi, dan strategic agility untuk mendorong inovasi.
Dengan mengadopsi pendekatan yang lebih holistik terhadap transformasi budaya dan integrasi ESG, keamanan siber, serta manajemen risiko inovatif, diharapkan organisasi dapat membangun pondasi yang lebih kokoh dalam menghadapi ketidakpastian global dan digitalisasi yang semakin kompleks. (kbh1)