October 24, 2024
Daerah Seni Budaya

Haturkan Angayubhagia, PPSAKK Laksanakan Upacara RSI Bojana 

Klungkung-kabarbalihits

Lancarnya pelaksanaan Karya Agung Mamungkah, Ngenteg Linggih, Mapeselang, Padudusan Agung dan Mapedanan yang digelar oleh Pasemetonan Pratisentana Sira Arya Kubontubuh-Kuthawaringin (PPSAKK) pada 15 Oktober 2024 tidak terlepas dari dukungan, partispasi dan peran dari berbagai pihak.

Selain dari pihak sameton, suksesnya sebuah yadnya juga ditentukan oleh peran sulinggih, wiku pemuput karya. Maka untuk menghaturkan rasa angayubhagia (terima kasih) pada Rabu, 23 Oktober 2024 di Pura Dalem Tugu Gelgel dilaksanakan Upacara Rsi Bojana.

Ketua Umum Pasemetonan Pratisentana Sira Arya Kubontubuh-Kuthawaringin (PPSAKK) Pusat Prof. Dr. I Ketut Mertha, SH, MHum menerangkan, Rsi Bojana terdiri dari dua kata, yakni RSI diartikan sebagai ‘orang suci’, dan BOJANA berarti ‘Makanan, rayunan’. Upacara Rsi Bojana intinya berisi persembahan rayunan kepada orang suci. 

Lebih lanjut, Rsi Bojana pada hakekatnya bertujuan menghaturkan rasa terima kasih dan apresiasi kepada sulinggih lanang-istri yang sudah tedun muput selama rangkaian upacara berlangsung. 

“Peran beliau sebenarnya sudah jauh sejak upacara mejaya-jaya sampai akan meajar-ajar. Bentuk apresiasi ini diwujudkan dengan menyuguhkan makanan suci untuk dinikmati bersama di Utamaning Mandala,” terang Ketua Umum PPSAKK Pusat Prof. Dr. I Ketut Mertha, SH, MHum, Rabu (23/10/2024).

Menurut kutipan lontar Tutur Kala Tatwa, wenang aturan aken ring sang wiku tapini pamuput, boga, upaboga lan pariboga, kutipan teks ini bisa ditafsirkan maksudnya adalah, “setelah sukses suatu yadnya atau Karya Agung, patut menghaturkan kepada sulinggih, tapini yang memuput berupa makanan ‘boga’, sarana ‘upaboga’ dan prasarana ’pariboga’ keperluan sulinggih mapuja, seperti : Kasur tempat duduk mapuja, wastra, payung dan sejenisnya”

Menurut Dewa Aji Soma, dalam pengantar sebelum sembahyang, secara sekala tujuan Rsi Bojana adalah untuk menghaturkan rayunan sebagai rasa terima kasih kepada semua sulinggih yang muput karya. Rasa angayubhagia ini bukan saja untuk yang hadir secara pisik tedun mapuja di Pura, tetapi bojana seperti ini perlu juga kepada orang suci yang telah memberikan tuntunan, nasehat terkait pelaksanaan Yadnya, termasuk tapini. 

Secara niskala, diungkapkan bahwa upacara ini bermakna menghaturkan sarining merta dari 7 lapisan bumi kepada ida sapta Rsi, yang berjumlah tujuh Maharsi, yakni : 

(1) Maharsi Grisamadha 

(2) Maharsi Visvamitra 

(3) Maharsi Vamadeva. 

(4) Maharsi Atri. 

(5) Maharsi Bharadvaja. 

(6) Maharsi Vasistha. 

(7) Maharsi Kanva.

Hal ini, secara spiritual juga memiliki tujuan yang lebih dalam yaitu untuk menyucikan pikiran, perkataan dan prilaku yang melaksanakan karya serta sekaligus memuliakan para leluhurnya.

Baca Juga :  Kendarai Motor, Bupati Sanjaya Tinjau Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber di Desa Penebel

Upacara Rsi Bojana ini juga diawali dengan bhakti pengajar, dengan dua sulinggih yang muput upacaranya. Juga ada ilen-ilen berupa rejang, topeng, wayang lemah, wargasari dan peshantian. (r)

Related Posts