Warga PPSAKK Guyub Laksanakan Puncak Karya Agung di Pura Dalem Tugu Gelgel Klungkung, Nyejer Selama 11 Hari
Klungkung-kabarbalihits
Pasemetonan Pratisentana Sira Arya Kubontubuh – Kuthawaringin (PPSAKK) melaksanakan Puncak Karya Agung Mamungkah, Ngenteg Linggih, Mapeselang dan Padudusan Agung di Pura Dalem Tugu Gelgel, Klungkung, pada Selasa Kliwon, wuku Medangsia, (15/10/2024).
Karya Agung ini sangat ditunggu ribuan warga PPSAKK, karena sesuai dresta (pedoman adat) yang dijalankan, bahwa rangkaian upacara kembali dilaksanakan setelah 25-30 tahun berlalu. Dimana Karya Agung terakhir telah terlaksana pada 29 Juni 1999.
Menurut Ketua Umum PPSAKK Pusat Prof. Dr. I Ketut Mertha, SH, MHum, pelaksanaan karya ini didasari atas rampungnya perluasan areal Pura menjadi Tri Mandala, Restorasi jajaran Pelinggih, Pembangunan Parkir, Penataan Powaregan, kamar mandi dan sarana lainnya.
Persiapan upacara telah dilakukan sejak 22 Juli 2024, dimulai dengan ritual matur piuning, nyukat genah dan mejaya-jaya.
“berlanjut pada serangkaian upacara hingga Karya Puncak, diantaranya Nanceb Taring lan Wewangunan, Nyuci, Ngingsah, Negtegang beras, Ngunggahang Sunari, Pindekan, Ngawitin Ngoréng, Mlaspas, Wewangunan, Ngajum Pedagingan, Mepepada dan Tawur Balik Sumpah,” jelas Ketua Umum PPSAKK Pusat didampingi pengurus PPSAKK lainnya.
Menjelang Puncak Karya, pada 11 Oktober dilaksanakan upacara Melasti ke Pantai Klotok dan Memasar di Pura Melanting Dasar Bhuana Gelgel. Dilanjutkan pada 14 Oktober 2024 dilangsungkan upacara Mapapada, Memben, Mlaspas Bagia Pulakerthi yang dipuput oleh dua Sulinggih.
Sedangkan pada puncak Karya, terdapat 3 tahapan upakara yakni, Pengebek Pengodal, Pangenteg dilaksanakan pada Utama Mandala, kemudian Mapeselang juga dilakukan di Utama Mandala dan upakara Pedanan dilakukan di Madya Mandala. Dimana keseluruhan rangkaian upacara dipuput oleh 11 Sulinggih Siwa Budha.
Diharapkan kedepannya seluruh Pratisentana Sira Arya Kubontubuh – Kuthawaringin dapat meningkatkan keyakinan kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa, dan Betara Betari leluhur yang berstana di Pura Dalem Tugu, Gelgel.
Juga dapat meningkatkan soliditas pasemetonan PPSAKK, menjaga vibrasi kesucian Pura dan kebersihan Pura, dam menjadikan Pura Kawitan sebagai pusat kegiatan budaya, kreativitas generasi muda berkesenian, termasuk pembentukan sekeha gong PPSAKK (wanita, generasi milenial).
“melarapan antuk Dharmawacana dan dharmatula bidang adat budaya, dan agama, sane mabuat jagi nincapang pasemetonan titiang ngenenin seni budaya lan Agama,” harapnya.
Dalam pelaksanaan Karya Agung pihaknya mengucapkan terima kasih terhadap partisipasi dan dukungan nyata dari seluruh warga PPSAKK yang berada di seluruh wilayah Bali maupun luar Bali
“ada dari Ambon, Sumbawa, Lombok, Palembang, Lampung, Banyuwangi, Banggai Sulawesi Tengah dan lainnya. Juga adanya bimbingan dari Pemerintah Kabupaten termasuk Bendesa Gelgel, Klungkung yang selalu memberikan dukungan saat merencanakan dan menjalankan Karya Agung,” ucapnya.
Untuk biaya pelaksanaan Karya didapat dari seluruh warga PPSAKK sebanyak 13.000 KK, dan dikenakan Rp 200 ribu per KK.
Sedangkan biaya wewantenan pada Karya ini disebut mencapai Rp 1,3 M, dan diperkirakan menelan biaya keseluruhan sekitar Rp 2,5 M.
“mengenai piranti wewangunan Karya dilakukan sepenuhnya dengan sistem amongan Dadia, gabungan Dadia, Kecamatan, Kabupaten. Juga dengan wewalungan sepenuhnya aturan damuh Ida Betara Kawitan, serta piranti wewalungan dihaturkan oleh sameton PPSAKK seluruh Bali-Nusantara,” terangnya.
Ditambahkan, Ida Bhatara nyejer selama 11 hari, diisi dengan penganyar, hiburan kesenian dan mesineb tanggal 26 Oktober 2024. Selanjutnya penyineban diisi dengan Mendem Bagia Pulakerthi, mejauman dan terakhir Metirta Yatra dan Meajar-ajar ke Pura Goa Lawah dan Tampaksiring pada 5 November 2024. (kbh1)