Parum Agung Desa Adat Tanjung Benoa, Konsisten Berikan Jatu Untuk Krama
Badung – kabarbalihits
Bertepatan pada Hari Raya Galungan, Desa Adat Tanjung Benoa menggelar Parum Agung pada Rabu (25/9/2024) di areal parkir Ten Ten Mart, yang dihadiri seluruh krama dari 4 Banjar Adat di wilayah Tanjung Benoa. Pada Parum Agung tersebut dipaparkan pertanggungjawaban keuangan dan program yang telah dilaksnakan oleh prajuru Desa Adat selama 6 bulan.
Parum Agung merupakan agenda rutin setiap 6 bulan sekali yang tertulis dalam awig-awig Desa Adat Tanjung Benoa. Parum Agung kali ini dihadiri 97 persen krama, yang berasal dari 4 Banjar adat, yaitu Banjar Anyar, Banjar Kerha Pascima, Banjar Tengah serta Banjar Purwa Santhi.
Pada Parum Agung, Prajuru Desa Adat memaparkan laporan pertanggungjawaban keuangan serta program yang telah berjalan selama 6 bulan, diantaranya tentang pelaksanaan Upacara Ngodakin Ida Bhatara, pembangunan jalan setapak yang masih dalam proses, serta pemaparan laba BUPDA. Setelah mendengar pemaparan prajuru, seluruh krama menyatakan menerima laporan pertanggungjawaban Prajuru. Pada kesempatan tersebut juga disampaikan tentang program yang akan dilaksanakan di Desa Adat Tanjung Benoa, seperti upacara ngaben massal pada tahun 2025, serta penyelesaian pembangunan jalan setapak.
Jro Bendesa Tanjung Benoa, Made Wijaya mengungkapkan rasa syukurnya karena parum agung telah berjalan lancar, dengan kehadiran krama yang tinggi. Pada kesempatan tersebut, dirinya juga menyampaikan sejumlah program di bidang parahyangan, pawongan, dan palemahan di Desa Adat Tanjung Benoa. Dalam bidang Parahyangan, Made Wijaya yang juga duduk sebagai Wakil Ketua DPRD Badung mengatakan pihaknya akan memperjuangkan bantuan dari pemerintah untuk perbaikan pura dan wantilan yang sudah lama tidak direnovasi.
“Saya sebagai pengayah di prajuru desa, mohon diberikan jalan agar parahyangan di desa adat, semoga diberikan bantuan untuk parahyangan yang sudah lama tidak direnovasi. Terkait wantilan desa adat juga belum terlaksana, semoga nanti lewat perjuangan saya yang juga ngayah sebagai DPRD, akan kita ajukan kepada pemerintah,” kata Made Wijaya.
Dalam bidang pawongan, Made Wijaya mengatakan pihaknya akan berupaya meningkatkan nilai Jatu, atau semacam insentif bagi krama. Seperti misalnya pada parum agung kali ini, setiap krama memperolah jatu berupa uang kehadiran masing-masing Rp. 150 ribu. Sebelumnya serangakaian Hari Raya Galungan, setiap krama juga memperolah Jatu berupa 2 ekor daging ayam, serta uang bumbu senilai Rp 100 ribu untuk 830 KK krama Desa Adat Tanjung Benoa. Ke depannya, peningkatan nilai Jatu bagi krama akan diusahakan dengan memaksimalkan potensi BUPDA.
“Potensi-potensi yang dikelola oleh BUPDA tadi sudah dipaparkan oleh pengelola BUPDA. Potensi-potensi tersebut nantinya kan dikembalikan kepada krama semuanya,” ujar Made Wijaya.
Sementara pada bidang palemahan, Made Wijaya yang juga akrab disapa Pak Yonda mengajak seluruh krama untuk lebih peduli lagi dengan kebersihan desa, terutama sampah plastik. Terlebih TPS3R Panca Lestari Tanjung Benoa sebelumnya juga telah meraih penghargaan adipura kategori TPS3R terbaik, sehingga jangan sampai masih ada sampah yang masih berserakan.
“Karena kita memperolah adipura, mewakili Badung di tingkat nasional, sudah bisa memberikan nama baik untuk Desa Adat Tanjung Benoa. Jangan sampai memperoleh adipura, tapi sampah masih berserakan,” jelas Made Wijaya.
Pada Parum Agung kali ini, Desa Adat Tanjung Benoa juga memberikan dana apresiasi bagi setiap Banjar Adat yang nilainya sesuai dengan jumlah kehadiran krama. Banjar Adat yang paling sedikit ketidakhadiran kramanya, memperoleh dana insentif paling tinggi, yaitu Rp. 2,5 Juta. (Kbh7)