Bahas Tanaman Obat, Dosen Unwar Erly Sintya Dewi Berperan Dalam Diskusi Penelitian dengan Kemenko Marves RI dan MoST di China
Denpasar-kabarbalihits
Universitas Warmadewa (Unwar) kembali menunjukkan kiprahnya di kancah internasional. Kini dosen Fakultas Kedokteran Unwar Ni Wayan Erly Sintya Dewi, S.Si., Pg.Dip., M.Si, sekaligus Koordinator Cluster Pusat Studi Public Health & Zoonotic Center for Climate Change Universitas Warmadewa, terpilih sebagai delegasi dari Indonesia, berpartisipasi dalam diskusi kerjasama penelitian antara Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Republik Indonesia dan Ministry of Science and Technology (MoST) China. Acara ini berlangsung pada 20-24 Agustus 2024 di Beijing dan Haikou, Tiongkok.
Kegiatan ini merupakan implementasi dari Memorandum Saling Pengertian (MSP) antara Kemenko Marves dan Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional RRT tentang pembangunan bersama Pusat Konservasi, Riset, dan Inovasi Tanaman Obat Indonesia-Tiongkok. Selama acara, Erly Sintya Dewi bersama para peneliti dua negara lainnya terlibat dalam berbagai agenda, termasuk pembahasan implementasi MSP, pertemuan dengan para ahli, kunjungan ke industri dan pusat riset, serta partisipasi dalam Sesi Keempat Komite Gabungan untuk Konservasi, Penelitian, dan Inovasi Tanaman Obat China-Indonesia.
Saat ditemui di ruangan pusat studi Unwar pada Jumat (30/8), Erly Sintya Dewi mengungkapkan bahwa undangan dari Kemenko Marves merupakan upaya memperkuat kerjasama di bidang konservasi dan pengembangan tanaman obat antara Indonesia dan China. Dalam agenda kunjungan tersebut, berbagai topik dibahas, termasuk pengelolaan sumber daya kemaritiman dan pengembangan tanaman herbal, yang menjadi salah satu fokus utama kerjasama kedua negara.
“China telah lama bekerjasama dengan Indonesia dalam pengembangan tanaman herbal. Bahan dasar obat-obatan herbal di China sebagian besar diimpor dari Indonesia. Tujuan utama dari diskusi ini adalah untuk meningkatkan kualitas kontrol tanaman obat yang diekspor ke China, termasuk memastikan asal tanaman dan kualitasnya,” ujar Erly.
Peneliti Warmadewa ini juga menekankan pentingnya peran peneliti Indonesia dalam mengidentifikasi tanaman obat yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai obat, baik untuk pasar internasional maupun domestik. Dalam kerjasama ini, Yayasan Setiabudi Dharma Satya, yang berfokus pada pengembangan pusat data genetik di Indonesia, turut berpartisipasi. Mereka berencana untuk melakukan pertemuan lanjutan di China guna memperkuat jaringan penelitian dan mewujudkan target-target yang telah disepakati.
Rektor Universitas Warmadewa, Prof. Dr. Ir. I Gde Suranaya Pandit, MP, menyambut dan mengapresiasi keterlibatan dosen fakultas kedokteran, Erly Sintya Dewi sebagai prestasi yang membanggakan bagi Universitas Warmadewa. Menurutnya, hal ini memberikan dampak positif bagi para peneliti di Indonesia, khususnya di Warmadewa, yang selama ini fokus pada kajian tanaman obat.
“Bali memiliki keanekaragaman tanaman herbal yang dapat diformulasikan menjadi obat. Dengan keterlibatan dalam kerjasama ini, diharapkan tanaman-tanaman obat dari Bali dapat dikembangkan dengan teknologi dari China, sehingga dapat memberikan manfaat besar dalam pengobatan berbagai penyakit di tingkat internasional,” ujar Rektor.
Ketua Yayasan Kesejahteraan Korpri Propinsi Bali, Prof. Dr. Drs. Anak Agung Gede Oka Wisnumurti, M.Si., juga memberikan apresiasi terhadap keterlibatan Erly Sintya Dewi. Ia berharap keterlibatan dosen FKIK Warmadewa dalam diskusi ini dapat membawa nama Universitas Warmadewa ke kancah nasional dan internasional dalam bidang penelitian sebagai wujud komitmen visi Unwar menuju internasionalisasi.
Prof. Wisnumurti menambahkan bahwa mengangkat pentingnya tanaman obat Indonesia, khususnya dari Bali, ke panggung internasional adalah momentum yang tepat ditengah ketidakpastian global akibat perubahan iklim yang terjadi dimana banyak penyakit-penyakit muncul sehingga pengembangan terhadap tanaman obat sangat urgen untuk dilakukan saat ini.(kbh2)