Mulia dan Patut Ditiru, Desa Adat Tanjung Benoa Berikan Santunan Kematian Rp 20 Juta ke Pemangku
Badung-Kabarbalihits
Sungguh mulia dan patut ditiru berbagai program yang telah dijalankan Desa Adat Tanjung Benoa Kuta Selatan dalam meringankan beban kramanya. Ditangan “dingin” Jro Bendesa, Made Wijaya, desa adat yang dikenal dengan wisata baharinya yang telah mendunia, kembali meluncurkan program terbarunya yang sungguh menyentuh dan sangat dirasakan manfaatnya oleh para pemangku dan keluarganya di desa adat tersebut, yakni pemberian santunan kematian (Kelayu Sekar) bagi para pemangku berupa uang tunai sebesar Rp 20 juta.
Program tersebut melengkapi program sebelumnya berupa santunan kematian (Kelayu Sekar) bagi krama sebesar Rp 15 juta berupa banten dan upakara yang telah dimulai sejak 1 Desember 2022 lalu. Bandesa Made Wijaya
yang ditemui usai penyerahan santunan kematian kepada keluarga Almarhum Jro Mangku I Nyoman Ariana, Selasa 22 Agustus 2023, membenarkan adanya pemberian santunan kematian berupa uang tunai Rp 20 juta kepada para pemangku Nirarta yakni perkumpulan Pemangku dadia dan Pemangku banjar yang ada di Desa Adat Tanjung Benoa dan sudah memiliki SKT (surat keterangan terdaftar ) dari Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung. Sedangkan Pemangku Kahyangan Tiga (Pemangku Pinandita) mendapatkan bantuan Upakara Apranawa Bhuana Kosa senilai Rp 50 juta.
“Program dana santunan kematian untuk Pemangku Nirarta di Desa Adat Tanjung Benoa ini sudah mendapatkan persetujuan krama pada Parum Agung yang dilaksanakan pada Hari Raya Galungan 2 Agustus 2023 lalu,”ungkapnya.
Pemberian santunan kematian kepada pemangku sebagai orang yang sudah melakukan upacara Eka Jati kata Made Wijaya adalah upaya Desa Adat Tanjung Benoa memberikan manfaat dalam meringankan beban.
Sedangkan pemberian santunan kematian yang berupa uang tunai, menurut Pak Yonda begita Bendesa Made Wijaya akrab disapa, dikarenakan sebagai seorang Pemangku umumnya memiliki “Surya” yang ada di masing -masing geriya.
Made Wijaya menegaskan meski santunan Rp 20 juta ini tidak bisa menyelesaikan biaya upacara Ngaben, namun ditegaskannya program ini merupakan upaya untuk meringankan beban krama oleh desa adat. Terkait santunan kematian bagi krama di empat banjar yang ada, berupa bantuan upakara senilai Rp 15 juta dari desa adat , Made Wijaya menjelaskan hal ini merupakan program kerja dirinya selaku bendesa khususnya di Baga Pawongan.
“Hal ini merupakan program kerja kami selaku bendesa bersama prajuru” jelasnya.
Lantas Made Wijaya yang juga Anggota DPRD Badung ini berharap, kedepan program ini dapat dilanjutkan oleh generasi yang menjabat sebagai Bendesa Adat Tanjung Benoa. “Kami sangat berharap program ini dapat terus dilakukan, karena sangat membantu meringankan beban krama,”harapnya.
Disinggung sumber pendanaan untuk program pemberian santunan kematian ini, Made Wijaya memaparkan bersumber dari peotensi -potensi pariwisata yang dikembangkan Desa Adat Tanjung Benoa yang sampai saat ini berumlah 33 potensi.
Sementara Upacara Ngaben Massal hingga Upacara Atma Wedana yang dilaksanakan setiap tiga tahun, biayanya juga telah dibantu oleh Desa Adat.
“Hal ini sebagai edukasi kepada krama. Dan memohon persetujuan kepada krama apapun program yang akan kami jalankan agar bisa disetujui,”bebernya.
Sebagai tambahan informasi, selain pemberian santunan kematian kepada pemangku serta krama, Desa Adat Tanjung Benoa juga rutin memberikan bantuan daging berupa ayam 2 ekor lengkap dengan uang bumbu Rp 100 ribu pada Hari Raya Galungan.
Sementara pada hari Raya Nyepi Krama juga memperoleh bantuan daging babi 2 kg dengan uang bumbu Rp 100 ribu. Tak hanya itu pada Parum Agung Krama 4 Banjar di Desa Adat Tanjung Benoa yang dilaksanakan setiap Hari Raya Galungan krama mendapatkan uang kehadiran sebesar Rp150 ribu. Sedangkan bantuan sembako juga diberikan Desa Adat Tanjung Benoa kepada krama hasil kolaborasi dengan PT Pelindo 3. (Kbh6)