November 25, 2024
Daerah Pariwisata

Wisman Lirik Potensi Desa Budidaya Lebah Kele di Balangan, Kuwum

Badung-kabarbalihits

Salah satu potensi desa dibidang pertanian yang berada di kawasan Desa Kuwum Mengwi, khususnya pada budidaya lebah kele, kini mulai dilirik sebagai tujuan wisata alternatif.

Sejumlah warga setempat mulai membudidayakan lebah kele di pekarangan rumah, yang dipelopori oleh salah seorang warga bernama Made Riawan (39) yang beralamat di Jalan Gatot Kaca, Banjar Balangan, Desa Kuwum, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.

Menurut Made Riawan yang akrab disapa Made Cupliz, setelah menekuni dunia lebah kele sejak 2017 dan berhasil membudidayakan lebah kele jenis Heterotrigona Itama, diakui kediamannya kini mulai ramai dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara dari setahun lalu.

Hal itu disebabkan keterlibatan dari kerabatnya yang bekerja di bidang pariwisata, turut membagikan informasi terkait tempat budidaya lebah kele dan menjadi sesuatu yang baru untuk dikunjungi bagi turis asing.

“akhirnya para wisatawan datang untuk melihat dan saya menyambutnya dengan senang hati. Dari mulut ke mulut banyak yang datang kesini membawa tamu dan mereka sangat antusias dengan lebah kele ini,” jelas Made Riawan, saat ditemui di D’Cupliz Madu Kele-Kele Bali, (23/7/2023).

Made Cupliz mengatakan, bagi turis asing yang berkunjung ke lahan budidayanya seluas 80 are ini sangat awam tentang lebah kele. Disebut para turis belum pernah melihat lebah kecil berwarna hitam yang tidak menyengat, dan menghasilkan rasa madu yang berbeda.

Wisatawan yang berkunjung ke tempat Made Cupliz dominan berasal dari eropa, dan prancis, yang memiliki karakter menyukai wisata alam. Dimana para turis asing yang berkunjung hanya dikenakan donasi seiklasnya.

“biarpun mereka tidak belanja kami tetap welcome, kita edukasi masalah lebah ini. Karena lebah ini awam bagi mereka, yang mereka tahu hanya lebah apis warnanya kuning, lebah yang menyengat itu,” ujarnya.

Baca Juga :  Bupati Giri Prasta Hadiri Penutupan Sidang Paripurna DPRD Badung

Tiap harinya puluhan wisawatan berkunjung kediamannya. Tidak hanya sekedar memberikan edukasi budidaya lebah kele, Made Cupliz bersama istri juga melayani wisatawan yang datang dengan menyuguhkan hiburan berupa tarian barong anak-anak dan edukasi reptil.

Diketahui, hasil madu kele yang dipanennya tidak hanya dipasarkan ke seluruh Bali, permintaan juga datang dari luar negeri. Dimana per botolnya dijual kisaran 100 ribu hingga 350 ribu tergantung ukuran.

“iya kita promosikan melalui medsos, permintaan juga ada dari Jepang dengan jumlah lumayan. Sangat bersyukur,” imbuhnya.

Salah seorang warga asing asal Genève, Switzerland bernama Laure, mengaku sengaja datang ke Bali ingin mengunjungi tempat budidaya lebah kele. Laure bersama ketiga anaknya yang dipandu guide, merasa senang berkeliling di area budidaya milik Made Cupliz sembari menanyakan tentang keunikan lebah kele sekaligus mencicipi madu yang dihasilkan dari lebah kele tersebut.

“kami sangat senang mengunjungi tempat ini, memang madu di tempat ini tidak kami kenal. Jadi menarik sekali, pengalaman yang luar biasa bagi kami,” kata Laure.

Paling menarik baginya adalah rasa madu kele yang berbeda, dibandingkan dengan madu yang biasa. Juga merespon baik keramahan dari orang lokal yang ditemuinya. 

“tidak manis tapi enak sekali, tapi ada rasa campur-campur antara asam sedikit, dan termasuk kebaikan dari orang-orang lokal yang kita temui disini,” sambung Laure.

Laure menyebut budidaya lebah di Bali berbeda dengan tempat budidaya lebah di negara asalnya, yang diketahui dari pendidikan sekolah. Dimana kunjungannya ini merupakan kali pertama ke tempat budidaya lebah kele di wilayah Indonesia khususnya Bali. (kbh1)

Related Posts