
IDEP Tidak Khawatir Jika Alih Fungsi Lahan Bermanfaat Bagi Masyarakat
Denpasar-kabarbalihits
Alih fungsi lahan pertanian menjadi ancaman serius terhadap daya tahan pangan di Pulau Bali, terlebih bertambahnya penduduk dan kebutuhan pangan tiap tahunnya. Apabila alih fungsi lahan sangat dibutuhkan tentunya tidak menjadi kekhawatiran jika bermanfaat bagi masyarakat lokal, dan bermanfaat secara lingkungan.
Hal tersebut disampaikan Direktur IDEP Muchamad Awal, saat konferensi pers serangkaian HUT IDEP ke-24 dengan menggelar Pekan Masyarakat Tangguh 2023 di Denpasar, Senin (8/5/2023).
Muchamad Awal tidak mempermasalahkan jika alih fungsi lahan untuk pemukiman yang disebabkan oleh peningkatan penduduk. Namun konsep pemukiman sebaiknya dibentuk dengan lebih ramah lingkungan, dan lebih adaptif.
“lebih menjaga ekosistem disekitar, jadi lahan itu masih produktif walaupun ada hunian,” ucapnya.
Ia pun sepaham dengan pernyataan Ketua Umum PDI P Megawati Soekarno Putri yang menyoroti kondisi Pulau Bali saat ini, sehingga meminta Gubernur Bali Wayan Koster untuk menyetop ijin pembangunan Hotel di wilayah Bali.
Dikatakan lahan sawah yang menjadi industri Pariwisata nyatanya tidak mendapat pengganti untuk kebutuhan pangan lokal yang kerap didengungkan Pemerintah Provinsi Bali.
“pangan lokalnya khusus Provinsi Bali ternyata ditemukan masih import dari luar Bali. Okelah misalnya industri pariwisata menjadi bagian penting jadi prioritas, pemerintah mesti memikirkan bagaimana sebenarnya secara ekonomi apakah Industri Pariwisata bisa bermanfaat” jelasnya.
Dicontohkan saat pandemi Covid 19 mewabah dengan lumpuhnya dunia pariwisata, peran pemerintah seharusnya bisa dibuktikan dengan membantu masyarakat melalui kebutuhan pangan lokal.
“sebenarnya kekuatan lokal itulah, bagaimana kebutuhan pangannya minimal ada di lokal tersebut. Itu kalau sudah terpenuhi sudah cukup. Industri Pariwisata sebenarnya cuma memback up aja, menguatkan itu sebenarnya. Tidak menghilangkan produktivitas di lokal tersebut,” pungkasnya.
Menjadi kekhawatirannya dalam pembuatan jalan tol Gilimanuk-Mengwi, yang dipandang akan terjadinya alih fungsi lahan yang masif. Sebab, lahan sawah produktif yang digunakan tidak ada pengganti lahan serupa.
“apakah manfaat jalan tol terhadap masyarakatnya, apakah tergantikan sawah tersebut. Produksi beras yang katanya Bali masih Impor, sedangkan lahan produktif masih banyak, nah ini yang menjadi perhatian. Dari masif tol itu menghabiskan itu baru bicara sawah, belum bicara hutan Bali Barat. Satu-satunya hutan ada di Bali barat, sekarang jumlahnya semakin kecil, ditambah ada pembangunan tol ini akan berkurang lagi,” imbuhnya.
LSM yang bergerak di bidang lingkungan hidup dan pemberdayaan masyarakat ini nantinya akan menyelenggarakan berbagai kegiatan serangkaian HUT ke-24 yang dilangsungkan dari 8 Mei hingga 13 Mei. Kegiatan tersebut diantaranya, Pasar Rakyat, Donor darah dan vaksinasi Covid-19, Pemutaran dan diskusi film, Pertunjukan musik, hiburan serta Pameran fotografi. (kbh1)