November 25, 2024
Daerah Seni Budaya

‘Corong Jagat’ Pura Batu Bolong di Tengah Hutan Sanggalangit, Diharapkan Pemerintah Berikan Perhatian Lebih

Buleleng-kabarbalihits

Sedikit umat Hindu di Bali mengetahui keberadaan Pura Batu Bolong, yakni Pura yang berbentuk bongkahan batu padas dengan keunikan memiliki lubang menyerupai teropong. 

Pura di tengah hutan Negara yang berstatus Kahyangan Jagat ini berada di wilayah Dusun Wana Sari, Desa Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng. 

Menuju ke Pura Batu Bolong umat hanya menempuh jarak sekitar 2 Km dari Dusun Wana Sari atau jalan utama Singaraja-Gilimanuk. Dengan melalui area perbukitan, tidak keseluruhan jalur bisa dilalui dengan kendaraan roda dua, karena akses semakin mengecil berupa tanah dan bebatuan. 

Salah seorang Pemangku yang ‘ngayah’ di Petapakan Payogan Agung Pura Batu Bolong bernama Jero Wayan Sukirno mengatakan, Pura Batu Bolong dikenal masyarakat sejak tahun 2009 dan awalnya diketahui oleh 2 KK warga sekitar. Hal itu diperkuat oleh wahyu yang didapat dari penglingsir asal Desa Sumberkima. Dimana dalam wahyu disebut, saat melintas ke Singaraja dijumpai orang tua yang mengajak untuk singgah ke tempat tinggalnya di tengah hutan mengarah ke bongkahan batu berlubang tersebut. 

“Sane melinggih ring Pura Batu Bolong, Ida Ratu Niang Sakti, Ratu Niang Agung, Gusti Patih Tampak Angkeran, sareng Ratu Gede, sareng Gusti Patih Anom,” kata Jero Wayan Sukirno, ditemui saat ngayah di Pura Batu Bolong, Kecamatan Sanggalangit, Buleleng (8/1/2023). 

Ditegaskan, Pura ini dinamakan Pura Batu Bolong karena Batu tersebut terdapat lubang yang tembus kurang lebih sepanjang 2,5 meter, dengan diameter lingkaran seukuran lengan orang dewasa. Dimana batu berlubang tersebut dimaknakan sebagai ‘Corong Jagat’ (Lubang Dunia). 

“Bolongannya itu besar dibelakang, kecil diujung. Maknanya Corong Jagat,” ujarnya. 

Selanjutnya diceritakan, Ida Betara yang berstana di Pura Batu Bolong menuntun bahwa di areal sekitar terdapat adanya Payogan bernama Pura Taman Tirta Suluban, yang melinggih adalah Ida Ayu Dedari. Taman Tirta Suluban diartikan sebagai mata air yang mengalir diantara celah batu, kini dijadikan tempat melukat. 

Kemudian kembali ditemukan Pelinggih Batu Gede yakni yang berstana adalah Ida Ratu Niang Lingsir dan Gusti Patih Lingsir. 

Dikatakan para pengempon Pura ini hanya 48 warga dari dua Desa Adat, yakni Desa Sanggalangit dan Desa Musi. 

“Sampai sekarang ngaturang bakti, ngaturang ayah dua desa ini sebagai pengempon. Selain di dua desa ini yang tangkil ada dari Puri Pemecutan, Denpasar, dari Bungaya Karangasem dan wilayah Bali lainnya. Kedatangannya dapat pewisik katanya biar harus tangkil di Payogan Agung Pura Batu Bolong,” jelasnya. 

Baca Juga :  Manfaatkan Tempat Seadanya, Pria Sanggalangit Ajarkan Anak-Anak Bahasa Inggris Secara Sukarela

Dari tahun 2011 umat mulai mendatangi ikatan Pura di tengah hutan ini untuk sembahyang. Juga pada Pura Taman Tirta Suluban umat sering melakukan prosesi melukat, karena secara skala dan niskala dipercaya mampu menyembuhkan penyakit dan membersihkan diri dari energi negatif. 

“Umat datang kesini, memohon kepintaran, mohon pengobatan, kemakmuran pada pertanian, Beliau punya penganugerahan seperti nike. Kalau di Taman Tirta Suluban memohon kesembuhan kalau ada Sungkan (Sakit) meriki melukat nunas kebersihan,” imbuhnya. 

Diketahui Piodalan di Pura Batu Bolong bertepatan dengan Hari Suci Saraswati.

Dengan kondisi saat ini, pihaknya berharap kepada Pemerintah Provinsi Bali untuk lebih memperhatikan keberadaan Pura Batu Bolong, dengan membantu akses jalan agar lebih baik menuju lokasi Pura, serta turut membantu membangun beberapa Pelinggih.

“kepada para pemedek yang tangkil agar ikut menjaga kelestarian lingkungan sekitar Pura disini,” harapnya. 

Keberadaan Pura Batu Bolong, di Desa Sanggalangit ini juga diharapkan mampu memberikan vibrasi positif kepada seluruh bagian di Pulau Bali. (kbh1)

Related Posts