November 25, 2024
Pendidikan

Kembali Raih prestasi Dalam Ajang Olimpiade PPTKTI, Mahasiswa Prodi Kesehatan Ayurweda Unhi “Juara Itu Hanya Bonus Bagi Kami”

Denpasar-kabarbalihits

Prestasi yang diraih mahasiswa Program Studi Kesehatan Ayurweda, menjadikan nama Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar semakin harum. Teranyar, prestasi yang tercatat adalah juara 1 (satu) lomba Short Movie dan juara 3 (tiga) lomba Kreativitas dan Inovasi Produk Tradisional (Kreanova) dalam ajang Olimpiade Perkumpulan Perguruan Tinggi Kesehatan Tradisional Indonesia (PPTKTI).

Wakil Dekan Fakultas Kesehatan Unhi Denpasar, Putu Lakustini Cahyaningrum,S.Si.,M.Si, mengatakan, lomba ini diikuti mengingat Prodi Kesehatan Ayurweda merupakan salah satu Program Studi di Universitas Hindu Indonesia yang berkaitan dengan pengobatan tradisional Bali dan telah tergabung dalam PPTKTI.

Wakil Dekan yang akrab disapa Nining ini menambahkan, pihak fakultas mewajibkan mahasiswa utamanya yang sudah memasuki semester III hingga semester V untuk ikut dalam setiap kompetisi yang diadakan oleh PPKTI karena sesuai dengan bidang studi FKES UNHI dalam pengembangan pengobatan tradisional. PPTKTI memiliki jenis-jenis lomba diantaranya, karya tulis ilmiah , artikel , poster, pod cast , short movie, tik tok, lomba produk inovasi (kreanova), dan fotografi dengan tema yang diangkat adalah “Quality Of Life With Traditional Medicine”.

“Seperti tahun kemarin beberapa mahasiswa FKES Ayurweda mendapat juara harapan 1 untuk Kreanova nya, kemudian juara 3 untuk lomba poster dan juara terfavorit untuk untuk short movienya. Sementara untuk tahun ini yang kita ikutkan adalah lomba Kreanova dan lomba Short Movie,” ujarnya.

Ditambahkannya, dalam Program Studi kesehatan Ayurweda lomba ini sangat bermanfaat mengingat materi perkuliahan yang mahasiswa dapatkan dikampus bisa diaplikasikan langsung lewat lomba ini.

Tim Lomba Short Movie-Agya Isa Bhairav (paling kanan), A.A Istri Adi Sulistiawati (tengah), I Gede Mas Agung Darmasaba (paling kiri)

Sementara terkait mampunya meraih juara 1 dalam lomba Short Movie diakui menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi tim yang ikut dalam perlombaan ini. “Kami tidak menyangka akan menang, karena motivasi kami untuk mengikuti lomba ini adalah sebagai ajang kami untuk menghasilkan karya bukan untuk menjadi nomer satu. Bagi kami kemenangan hanyalah bonus, sedangkan menghasilkan sebuah karya yang dapat mengedukasi masyarakat adalah tujuan utama. Lomba ini hanyalah pancingan bagi kami untuk semangat dalam berkarya”, Ucap salah satu mahasiswa dari tim lomba ini.

Baca Juga :  Puncak Karya Atma Wedana Paibon Delod Bingin, Disel Astawa Ucapkan Terima Kasih Kebersamaan Krama Penyungsung

Ketua tim Short Movie Agya Isa Bhairav menambahkan, “Sebenarnya pada awalnya kami tidak berobsesi mencari juara, hanya kami ingin mendapatkan pengalaman lebih dan murni sebagai wadah untuk kami berkreatifitas lewat lomba ini. Bahkan kami sebelum membuat video telah dapat belajar banyak, karena awal prosesnya kami mewawancarai praktisi Ayurweda dimana melalui proses wawancara dan bertemunya dengan berbagai praktisi membuat kami lebih banyak belajar.”

Agya berharap, lewat karya yang dibuatnya bersama tim bisa bermanfaat untuk masyarakat dalam menjaga kesehatannya. Dimana dalam lomba short Movie ini, Agya dan tim mengangkat judul “Brahmamuhurta” yang artinya jam terbaik untuk bangun tidur. “Kesehatan dimulai dari saat kita bangun dari tidur. Ketika kita tau jam bangun tidur dan bagaimana kita mengelola diri kita serta pikiran disaat bangun tidur maka itu akan menjadi salah satu cara untuk menaikkan kualitas kesehatan kita yang dimulai dari yang paling dasar yaitu bangun tidur,” ucapnya.

“Di dalam lomba ini, kami berpikir kalau seandainya kami tidak menang, minimal video ini bisa kami sebar luaskan melalui media sosial agar karya kami ini bisa menumbuhkan kesadaran pada masyarakat untuk pentingnya menjaga kesehatan yang dapat dimulai dari saat kita bangun tidur. Jadi ini murni niat tulus kami dalam berkarya untuk masyarakat. Lomba hanyalah sarana kami untuk termotivasi dalam berkarya”, ucap Anak Agung Istri Adi Sulistiawati.

Hal senada dilontarkan salah satu tim lainnya, I Gede Mas Agung Darmasaba. Dikatakan, selain dapat mempelajari secara langsung, dirinya juga bisa menambah wawasan yang positif dalam perkuliahan di UNHI.

Tim Loma Kreanova-Ni Kadek Citra Dian Lestari (paling kanan), A.A Istri Adi Sulistiawati (tengah), Kristina Wulandari (paling kanan)

Tim Loma Kreanova-Ni Kadek Citra Dian Lestari (paling kanan), A.A Istri Adi Sulistiawati (tengah), Kristina Wulandari (paling kiri)

Sementara itu, tim lomba Kreanova membuat sebuah produk inovasi berupa Hot Cream Sinrong Jangkep, karena dinilai sinrong atau “Isin Rong” atau rempah-rempah hingga saat ini masih digunakan, seperti untuk bahan-bahan bumbu di dapur dan bahan-bahan dalam pengobatan.

Baca Juga :  Universitas Udayana Sosialisasikan MBKM Kampus Mengajar Angkatan 6

“Hanya saja disayangkan didalam beberapa lontar di Bali tidak dijelaskan secara rinci dan pasti tentang  isi komposisi dari Sinrong Jangkep. Bahkan isi sinrong di beberapa lontar itu berbeda-beda. Jadi kami melakukan reservasi ke pasar-pasar dan beberapa ceraki di Bali untuk mengetahui secara pasti isi dari Sinrong Jangkep ini,” ungkap salah satu tim lomba Kreanova, Kristina Wulandari.

 Alasan tim kreanova menggunakan sinrong sebagai produk inovasi karena sinrong merupakan ramuan tradisional Bali yang hampir punah. Padahal, sinrong merupakan ramuan asli Bali yang banyak terdapat di dalam lontar-lontar usada Bali. Banyak anak-anak muda zaman sekarang sudah anti menggunakan parem atau boreh dari sinrong karena alasan bau, dan juga kotor.

Lewat lomba ini tim lomba Kreanova FKES UNHI juga berpikir untuk menginovasi sinrong jangkep menjadi sebuah produk inovasi yang dapat digemari oleh banyak orang termasuk anak-anak muda. “Jadi kami membuat dalam bentuk krim salep seperti body lotion. Kami melakukan ini karena kalau kami membuat sinrong jangkep dalam bentuk balsem, maka tetap saja sinrong ini tidak digemari. Karena kita ketahui bahwa balsem cenderung berminyak di kulit dan masih seperti ramuan herbal yang disukai orang tua. Dengan menginovasi sinrong jangkep dalam bentuk hot cream dimana teksturnya tidak terlalu berminyak, bahkan cepat terserap ke kulit dan tidak meninggalkan bekas minyak dipermukaan kulit, ditambah dengan aroma sinrong yang lembut, maka produk ini akan menjadi sebuah inovasi yang bisa digemari oleh banyak kalangan,” ujar Kristina Wulandari salah satu ketua dari tim kreanova.

Tim kreanova FKES UNHI juga mengatakan bahwa inovasi produk ini akan membawa penyatuan akan sistem pengobatan modern dan tradisional, sehingga ramuan-ramuan tradisional tidak akan punah oleh zaman. Selama ini ramuan-ramuan tradisional hampir punah karena digantikan oleh obat-obatan modern, padahal gabungan antara modern dan tradisional dapat menjadi sebuah inovasi untuk menjaga ramuan-ramuan tradisional nusantara terutama Bali tetap lestari.

Baca Juga :  Meningkat, Peserta Tes Sipenmaru Gelombang II Non FKIK Unwar 2022

Tim Kreanova juga masih melanjutkan penelitian dan inovasi hot cream sinrong jangkep ini agar kedepannya bisa meminimalisasi penggunaan bahan-bahan kimia seperti asam salisilat dan menthol. “Kami masih melanjutkan penelitian kami ini agar bahan-bahan tambahan kimiawi bisa kami minimalkan, jadi kami masih meneliti bahan-bahan rempah lainnya yang bisa mengganti menthol dan asam salisilat, sehingga kedepannya produk ini benar-benar murni alami dan aman bahkan bisa digunakan untuk anak-anak. Jadi lomba ini merupakan ajang kami untuk terus menghasilkan karya dan inovasi,” Ucap salah satu tim lomba Kreanova FKES UNHI.

Tim lainnya yaitu Ni Kadek Citra Dian Lestari mengatakan, “Awalnya saya tidak mengetahui apa itu sinrong. Berkat lomba ini, akhirnya saya mengetahui apa itu sinrong dan belajar untuk menginovasi ramuan-ramuan tradisonal menjadi sebuah produk inovatif untuk masyarakat umum. Ini merupakan pengalaman yang sangat berarti bagi saya. Apalagi pengobatan Bali yang menggunakan rempah-rempah ini masih jarang diketahui oleh banyak orang, karena mereka lebih tertarik dalam menggunakan pengobatan secara medis, dimana itu disebabkan karena mereka belum mengetahui berbagai macam ramuan-ramuan tradisional yang dapat membantu mereka juga dalam menjaga kesehatan juga. Jadi dengan inovasi-inovasi seperti ini masyarakat juga tetap terhubung dengan ramuan-ramuan warisan leluhur daerahnya sendiri,” pungkasnya. (kbh2)

Related Posts