October 14, 2024
Kesehatan Peristiwa

Kasus Gagal Ginjal Akut Pada Anak di Bali Bertambah

Denpasar-kabarbalihits

Kasus gagal ginjal akut menyerang anak-anak kini bertambah di wilayah Bali. Terupdate adanya penambahan 1 kasus yang menyerang anak berusia 9 tahun masih dirawat di RS Prof Ngoerah, juga 1 anak dinyatakan meninggal dunia. Sehingga total kasus serangan gagal ginjal akut pada anak di Bali menjadi 18 kasus, 12 meninggal dunia, 5 anak sembuh, dan 1 dirawat inap.

Sebelumnya Dinas Kesehatan Provinsi Bali menyebutkan terdata di RSUP Prof Ngoerah, sejak Agustus 2022 hingga Oktober terdapat 17 anak mengalami gagal ginjal akut misterius, dimana 11 orang meninggal dunia dan 6 anak dinyatakan sembuh.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Dr. dr. Nyoman Gede Anom menyampaikan, untuk perkembangan kasus gagal ginjal akut di Bali dalam tiga hari terakhir telah terjadi penambahan satu kasus anak perempuan umur 9 tahun, dan data tersebut telah dilaporkan ke Kementrian Kesehatan (Kemenkes). Saat ini anak tersebut masih menjalani perawatan di RS Prof Ngoerah.

“Dalam perkembangannya ada laporan bertambah 1 pasien meninggal dunia.  Jadi 12 orang meninggal dunia, 1 orang dirawat dan 5 orang sembuh. Asal pasien itu ada 2 orang dari NTB dan 16 orang dari Bali,” ucap Kadiskes Nyoman Gede Anom saat memberikan keterangan di Kantor Diskes Bali, pada Sabtu (29/10/2022).

Menindaklanjuti penelitian dari BPOM dan SE Kemenkes, sebanyak 133 obat bentuk cair atau sirup tidak mengandung empat bahan yang selama ini dicurigai penyebab gangguan ginjal akut. Saat ini obat-obat tersebut bisa diresepkan dan dijual di Apotek maupun toko obat. Sedangkan untuk tambahan 65 obat lainnya masih menunggu SE Kemenkes.

Dihimbau kepada masyarakat luas, khususnya bagi orang tua yang memiliki balita atau anak umur dibawah 18 tahun agar tetap memperhatikan jika diketahui adanya gejala batuk, pilek, demam, muntah dan diare disertai menurunnya frekuensi dan jumlah air kencing, disarankan agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan.

“Jangan dulu membeli obat sendiri atau sembarangan kalau anaknya sakit. Kalau tanpa atau dengan gejala tersebut tapi disertai dengan penurunan frekuensi kencing anak bisa diajak ke fasilitas kesehatan terdekat. Minumlah obat yang diberikan oleh fasilitas kesehatan. Jadi seperti biasa pola hidup bersih dan sehat, gizi tetap diberikan kepada anak-anak,” imbuhnya.

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Bali, I Gusti Ngurah Sanjaya Putra membenarkan bahwa ada penambahan satu orang pasien masih dirawat di RS Prof Ngoerah berusia 9 tahun. Ia juga terlibat pada tim yang menangai pasien tersebut.

Diterangkan mengenai gangguan ginjal akut progresif atipikal ini tidak harus terintoksikasi (paparan racun). Namun yang disebut gangguan ginjal akut progresif atipikal terjadi karena gangguan ginjal akut yang cepat dan bukan atipikal.

“Gangguan ginjal akut atipikal itu ada tiga gangguan ginjal terganggu sebelum darah masuk ke ginjal. Makanya disebut progresifitas artificial. Kalau tidak khas dengan atipikal itu kita sebut atipikal tapi penyebabnya sangat banyak, bukan intoksikasi saja, justru kasus yang sebelumnya kita tidak berpikir intoksikasi. Pada pasien yang sedang dirawat ini mengarah ke atipikal yang tidak khas tapi tidak intoksikasi,” bebernya.

Selanjutnya pada kasus yang terakhir dinamakan gangguan ginjal dengan masalah produksi kencing yang berkurang, hampir sama dengan gangguan ginjal pada umumnya. Namun penyebabnya masih ditelusuri. 

“Baru masuk pasien kejang-kejang dan banyak sekali penyebabnya. Selain itu baru masuk fungsi ginjalnya (LFG) 15 persen dan terakhir sudah 55 persen LFGnya,” terangnya.

Baca Juga :  Peringatan Hari Parkinson Sedunia: BAPARWA Rayakan Ulang Tahun Pertama dengan Kegiatan Peduli dan Edukasi

Sementara Kepala Balai Besar POM di Denpasar, I Made Bagus Gerametta menjelaskan, sesuai dengan hasil penelusuran registrasi BPOM telah dinyatakan ada 133 obat yang tidak mengandung  empat zat pelarut tambahan yang meliputi propilen glikol, polietilen glikol, sorbitol, dan gliserin/gliserol.

Obat tersebut bisa digunakan disesuaikan dengan resep dokter atau fasilitas kesehatan. Kemudian yang terbaru dari hasil dari penelusuran melalui registrasi ada tambahan lagi 65 obat sirup yang tidak menggunakan empat zat pelarut tambahan tersebut.

“Untuk penggunaan 65 tambahan itu masih menunggu Surat Edaran dari Kemenkes,” ujarnya. (kbh1)

Related Posts