October 14, 2024
Kesehatan Peristiwa

Cerita Pilu Dari Orang Tua Anak Meninggal Kasus Gagal Ginjal Akut di Denpasar

Denpasar-kabarbalihits

Kasus gagal ginjal akut tentunya menjadi cerita pilu dan pengalaman buruk khususnya bagi orang tua yang kehilangan anaknya setelah mendapat perawatan di RS Prof Ngoerah Denpasar. 

Seperti yang dialami warga asal Penarungan tinggal di Denpasar bernama Kadek Dwikayana bersama istri Putu Yanti Oktaviani, menceritakan anak bungsunya Komang Dyra Bulan Kayana (1 th) meninggal akibat gagal ginjal akut.

Putu Yanti menuturkan, menurut dokter di RS Prof Ngoerah yang menangani Dyra Kayana, kejadian yang dialami merupakan kasus ke 11 akibat gagal ginjal akut.

Tapi pandangannya, putrinya meninggal usai melakukan transfusi darah yang disarankan dokter RS Prof Ngoerah.

Berawal dari putrinya yang demam tinggi segera dilarikan ke RS Puri Bunda, Denpasar pada 1 September 2022. Dyra kemudian diberikan obat penurun panas yang dimasukkan dalam tubuh melalui anus. Putu Yanti juga diberikan resep obat parasetamol dari Dokter berupa sirup, namun panas tubuh anaknya tidak turun hingga pagi dini hari dan ia kembali ke UGD diberi obat dimasukkan melalui anus.

“Setiap 4 jam kalau panas itu dikasi obatnya (parasetamol sirup), saya kasi obatnya kok tidak turun-turun sampai jam 03.30 Wita malah tambah lagi panas 40’C. Saya takutnya step kalau sudah 40’C, jadi saya ajak lagi ke UGD, dikasi obat lagi dari pantat,” kata Putu Yanti ditemui dirumahnya sembari memperlihatkan foto Dyra di ponsel miliknya (27/10/2022).

Pada 2 September kondisi tubuh anaknya masih agak panas, dan keesokannya 3 September pulih seperti biasa. Dinilai merasa anaknya telah sembuh, Yanti juga sempat mengajak Dyra bermain ke rumah saudaranya.

Namun pada 5 September, tubuh Dyra kembali panas dan Yanti bersama suami bergegas mengajak Dyra ke RS Puri Bunda untuk mendapat perawatan.

“Ditanya Dokter, sudah pipis apa belum. Dari pagi itu anak tidak ada pipis. Tanggal 5 langsung opname. Kelihatan anak saya agak kurus, tirus mukanya. Terus dikasi impus dua ampul langsung kelihatan bengkak, nggak pipis tapi jadi bengkak,” ucapnya.

Kemudian pada 6 September, Dyra dirujuk ke RS Prof Ngoerah Denpasar dan langsung diterima di UGD. Dyra mendapat pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh, dikatakan hanya fungsi organ ginjal yang menurun.

“Yang lainnya bagus selain ginjalnya, ginjalnya sudah 7 persen kata dokter,” jelasnya.

Pada 7 September, Yanti menerima informasi dari dokter bahwa anaknya adalah kasus ke 11 akibat gagal ginjal akut. Pada 8 September tubuh Dyra dikatakan terlihat semakin bengkak. Pada saat itu tim dokter merapatkan kondisi Dyra, dan mendapatkan solusi dipasang alat CAPD yakni metode cuci darah yang dilakukan melalui perut.

“Tanggal 8, jam 10 malam dioperasi dipasang alat diperutnya. Perutnya dipake mesin untuk ngeluarin cairan yang berlebih itu. Diinfo dari Sanglah (RS Prof Ngoerah) dari 3 tahun ke bawah tidak ada mesinnya untuk cuci darah biasa,” bebernya.

Saat itu Yanti memandang kondisi putrinya sudah membaik, yang dilihat dari cara makan saat diberi bubur dan tidak menangis seperti awal sakit.

Kemudian pada 15 September, Yanti diinformasi diperbolehkan ke ruangan rawat inap biasa. Namun hemoglobin Dyra menurun dan disarankan dokter untuk ditransfusi.

“Karena kondisinya sudah membaik, tidak ada cairan di paru-paru, jantungnya baik, tapi hemoglobin saat itu turun dibilang 7 ml/dl, disarankan untuk tranfusi,” katanya.

Kemudian setelah pindah ruangan, Dyra tidak bisa tidur 24 jam dan sesak nafas seusai transfusi, juga terlihat memar pada tubuhnya. Diketahui kondisi Dyra seperti itu, Yanti segera menghubungi Dokter. Namun jawaban yang diterima Yanti, kondisi tersebut akibat dari adaptasi ruangan.

“Dokter bilang cuma adaptasi pindah kamar. Justru kalau kita mikir di ruang intensif dengan alat yang penuh dengan bunyi seharusnya anak tidak tidur, sedangkan di ruang rawat biasa yang hening anaknya sama sekali tidak tidur 24 jam, sudah sesak nafasnya,” jelas Yanti

Pada 17 September pihak tenaga medis kembali melakukan transfusi 15 mili terhadap Dyra. Namun usai tranfusi bagian bibir Dyra membiru dan gagal nafas.

Saat itu pukul 09.30 wita, Dyra mendapat tindakan Intubasi (prosedur pemberian nafas buatan) oleh tim Dokter. 

“Akhirnya anak di ICU, malamnya sudah tidak ada,” imbuhnya sembari mengusapkan air mata.

Yanti dan suami tidak menyalahkan tim dokter, hanya mempertanyakan saat itu kondisi anaknya yang dirasa telah membaik dengan turunnya hemoglobin kenapa disarankan untuk melakukan transfusi.

“Kata dokter itu normalnya 10, anak saya 7 ml/dl,” ujarnya.

Dalam keseharian, Yanti mengaku selalu memberi makanan terjaga putrinya termasuk tidak memakai susu formula, murni full ASI.

Sebelumnya, jika putrinya dalam keadaan sakit ia juga tidak pernah membeli obat diluar pemeriksaan, hanya melalui resep dokter dan diberikan obat sirup.

Ia berharap kepada pihak medis, dengan adanya kasus seperti ini agar fokus terhadap tindakan pada satu penyakit terlebih dahulu.

“Difokuskan aja dulu ke gagal ginjal akutnya, misalkan cuci darah ya cuci darah aja dulu. Jadi jangan ke yang lain, itu yang diperbaiki, ya mungkin saya tidak terlalu paham. Jadi kalau ibu-ibu lebih kritis lagi untuk bertanya ke tenaga kesehatan, untuk minta infonya,” harap Yanti.

Baca Juga :  Update, Pasien Positif Covid-19 di Kota Denpasar Bertambah 10 Orang, GTPP Covid 19 Tekankan Pentingnya Protokol Kesehatan di Masyarakat

Sebelumnya Kepala Dinas Kesehatan Bali, Dr. dr. I Nyoman Gede Anom menyebutkan ada 17 kasus gagal ginjal akut misterius yang ditemukan pada anak-anak di Bali. Dari keseluruhan kasus, 11 anak dinyatakan meninggal dunia, dan 6 anak diperbolehkan rawat jalan usai mendapat perawatan di RSUP Prof Ngoerah Denpasar.

Sehingga pihaknya meminta seluruh Apotek dan Toko Obat di Bali untuk tidak menjual sementara Obat anak hingga remaja (0-18 tahun) berupa sirup.

Himbauan ini merujuk pada Instruksi Kemenkes yang tertuang dalam surat edaran Nomor SR.01.05/III/3461/2022 tentang Kewajiban Penyelidikan Epidemiologi dan Pelaporan Kasus Gangguan Ginjal Akut Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) Pada Anak. (kbh1)

Related Posts