November 25, 2024
Opini

Sumur Pemanen Air Hujan Berbasis Filtrasi Alami, Tabungan Jangka Panjang Untuk Generasi Mendatang

Denpasar – kabarbalihits

Fenomena alam rutin tahunan kembali sedang melanda bali dan wilayah lainnya di Indonesia. Kekeringan di musim kemarau dan banjir di musim hujan. Berulang setiap tahun, dan sepertinya sudah dianggap kejadian alami yang normal dan tidak perlu penanganan serius, toh setelah musim hujan berhenti akan kembali normal.

Namun sejatinya, di balik fenomena ini ada bahaya yang mengancam generasi mendatang, yaitu terjadinya krisis air tanah. Air hujan yang sejatinya meresap kembali ke dalam tanah dan mengisi kembali kantong-kantong air bawah tanah mengalir liar ke saluran pembuangan, melimpah dan menyebabkan banjir, dan akhirnya bermuara ke laut. Tanah longsor, jembatan putus, pohon tumbang.

Berapa besar kerugian yang terjadi, kerugian materiil dan moril psikologis. Sangat disayangkan, karena hal ini sejatinya bisa diatasi, namun memang membutuhkan kontribusi dari berbagai unsur terkait, tidak hanya pemerintah tetapi masyarakat juga perlu peduli, khususnya masyarakat industri pariwisata.

Bali adalah pulau mungil yang cantik dengan alamnya yang indah yang menjadi impian wisatawan manca negara. Namun Bali juga rentan terhadap isu strategis seperti isu keamanan, keselamatan, lingkungan, kesehatan dan bencana alam. Oleh karenanya, melalui tulisan kecil ini, mari kita bersama-sama berkontribusi untuk menjaga Bali kita tercinta.

Sumur Permanen Air Hujan di Desa Munduk Yang Sudah Mulai Dikunjungi Wisatawan Asing

Terkait fenomena yang saat ini sedang kita hadapi, banyak hal yang sebenarnya bias kita lakukan sebagai tindakan preventif yang dapat kita kontribusikan, kalau tidak mampu melakukan tindakan besar, mari kita lakukan hal kecil tetapi bermakna besar bagi kehidupan saat ini dan masa yang akan datang untuk generasi penerus kita.

Salah satunya adalah melalui pembuatan sumur pemanen air hujan. Beberapa waktu yang lalu pemerintah DKI Jakarta dihujad karena sumur resapan yang dibangun jebol. Niatnya sudah baik, ingin menabung air melalui sumur resapan, namun dalam pelaksanaannya sepertinya kurang diperhitungkan secara matang, khususnya dari aspek teknisnya. Pembuatan sumur pemanen air hujan tidak bisa dilakukan di sembarang tempat.

Baca Juga :  LPPM Unud Beri Pembekalan Umum Bagi 4.140 Mahasiswa Peserta KKN

Beberapa persyaratan penting yang harus dipenuhi untuk membangun sumur pemanen air hujan agar efektif adalah: 1) Dibangun di wilayah imbuhan (recharge area); 2) Kedalaman sumur mengacu pada kedalaman muka air tanah, setidaknya 2-4 meter di atas tinggi muka air tanah; 3) Konstruksi sumur bisa mulai yang sangat sederhana sampai yang struktural tergantung letak dan beban di atasnya; 4) dibangun di titik terendah dari halaman atau wilayah tangkapan air hujan. Untuk kontribusi domestik rumah tangga, bisa dibangun sangat sederhana sesuai kemampuan dan ketersediaan lahan. Untuk rumah yang kurang memiliki lahan bebas, cukup di bawah cucuran atap. Namun untuk industri dan kantor-kantor pemerintah bisa dibangun dengan kapasitas yang lebih besar.

Berdasarkan data BPS Bali, jumlah rumah tangga pada tahun 2019 mencapai 1.028.300. Kalau saja sekitar 30% rumah tangga berkontribusi membuat 1 sumur, maka sudah terdapat sekitar 308.490 sumur pemanen air hujan skala kecil. Selanjutnya berdasarkan jumlah kecamatan (57), desa (636), Kab/Kota (9), Industri/manufaktur (348), dan hotel berbintang (507), dengan target 30% berkontribusi 1 sumur, maka sudah terbangun sekitar 467 sumur pemanen air hujan skala menengah sampai besar. Belum termasuk kantor dinas baik provinsi maupun kabupaten/kota.

Kalau pemikiran ini benar-benar terwujud, maka program Bali Menabung Air akan sukses besar dan dapat diyakini fenomena banjir tahunan ini bisa ditekan dan kekhawatiran bahwa Bali akan mengalami krisis air di tahun 2025 dapat dihindari.

Terkait  desain sumur pemanen air hujan, tim peneliti dan pengabdi Politeknik Negeri Bali (PNB) telah mulai merancang desain teknis mulai yang paling sederhana dengan kapasitas kecil (tahun 2014) hingga skala kapasitas cukup besar (tahun 2019) sebagai aksi nyata dalam mendukung Pusat Unggulan Teknologi PNB “Green Toursm”. Melalui berbagai hibah penelitian dan pengabdian dari Kemendikbudristek serta kerjasama dengan Yayasan Idep Selaras Alam yang didukung oleh para donor dan volunteers, hingga saat ini sudah terbangun lebih dari 100 sumur tersebar di kabupaten/kota di Bali. Tentu saja ini belum cukup, namun paling tidak aksi kecil ini sudah dilakukan secara nyata.

Baca Juga :  Jujur Tapi Bo’ong

Satu sumur pemanen air hujan skala cukup besar yang terakhir dibangun oleh PNB adalah di Desa Wisata Munduk, tepatnya di halaman Bali Banjar Dinas desa Tamblingan yang sudah mulai dikunjungi oleh wisatawan manca negara sebagai objek “Conservation Tourism” dan sudah menarik perhatian beberapa volunteers asing untuk ikut berkontribusi.

Untuk lebih menggalakkan program Bali Menabung Air ini, perlu dukungan semua unsur terkait secara aktif, khususnya Pemda Bali dan industri pariwisata serta industri pendukung lainnya, khususnya yang terhimpun di Kadin Bali. Semoga pemikiran ini mampu menggelitik semua unsur untuk peduli dan melakukan aksi nyata untuk ikut menjaga kelestarian air tanah di Bali untuk bisa kita wariskan ke generasi yang akan datang.

 

Lilik Sudiajeng

Profesor Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali

Related Posts