November 25, 2024
Seni Budaya

Puncak Karya Melasti Meayu Ayu Desa Adat Ungasan, Disel Astawa Minta Krama Bersatu Wujudkan Kemajuan

Badung – kabarbalihits

Puncak Karya Melasti Meayu ayu Desa Adat Ungasan Kuta dilaksanakan Soma Wage Dukut 10 Oktober 2022 malam, dengan Bakti Pepranian. Melalui pelaksanaan Karya yang  rutin dilaksanakan empat tahun sekali ini, Bendesa Adat Ungasan Wayan Disel Astawa berharap krama senantiasa bersatu dan berpegang teguh pada konsep kebersamaan mewujudkan kemajuan Desa Adat Ungasan berlandaskan sagilik saguluk, salunglung sabayantaka ngajegang adat, dresta dan agama.

Puncak karya Melasti Meayu ayu atau Melasti Bungan Sanghyang Desa Adat Ungasan diawali dengan peed krama istri dari Pura Puseh menuju Pura Desa Adat Ungasan lengkap dengan Banten Pepranian. Ditemui usai pelaksanaan upacara, Bendesa Adat Ungasan, Wayan Disel Astawa menyampaikan puncak karya Melasti Meayu ayu yang diisi dengan Meprani merupakan parama suksma atau wujud syukur kepada Ida Betari Uma atas paica merta keselamatan dan kerahayuan yang telah diberikan kepada krama agung Desa Adat Ungasan.

“Sebelum puncak karya, Ida Betara Kahyangan Tiga dan Panti, Paibon, Merajan, Pura Swagina, Pelawatan Ida Betara Puncak Sari, Manik Tirta dan Pura Merajan I Gusti Lanang Ungasan sane kapagehin Betara Lingsir Danghyang Batu Pageh kairing melasti untuk selanjutnya kairing Parum di Bale Panjang Pura Desa Adat Ungasan sebelum katuran Maprani,”ucapnya. Disel Astawa yang didampingi sejumlah Prajuru dan Pemangku, juga menjelaskan pelaksanaan karya ini juga untuk melaksankan Dresta kuna yang ada di Desa Adat Ungasan. Meski diakui Wayan Disel Astawa tradisi ini pernah tidak dilaksanakan. Untuk itu pihaknya selaku bendesa adat berkomitmen secara konsiten akan melaksanakan dresta yang sudah diterima dari para leluhur secara turun temurun di Desa Adat Ungasan.

“Pelaksanaan Melasti Meayu ayu di Desa Adat Ungasan juga disebut melasti Bungan Sanghyang akan tetap kami laksanakan setiap 4 tahun sekali. Selanjutnya untuk Upacara Segara Kertih di Desa Adat Ungasan dilaksanakan setiap 30 tahun sekali. Jadi ini adalah sebuah rangkaian upacara wujud syukur yang kami laksanakan bersama krama ,”paparnya. Segala biaya  yang timbul dalam upacara ini, kata Disel Astawa, bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja Desa Adat Ungasan.

Baca Juga :  Duta Kabupaten Badung Sabet Juara 3 dalam Lomba Desain dan Peragaan Busana PKB XLV

Disel Astawa yang juga Anggota DPRD Bali ini juga menyatakan Desa Adat Ungasan sedang menciptakan tari maskot dengan simbol Angsa. Digunakannya Angsa sebagai simbol menurut Disel Astawa Ungasan tak lepas dari filosofi unggasan yang berasal dari kata unggas dan yang sejenis unggas adalah Angsa.

“Angsa jika dipertemukan Purusa Predana dan mulutnya disatukan akan terbentuk huruf M dan membentuk lambang jantung yang dapat diartikan sebagai I love u atau cinta damai. Dan Angsa merupakan juga simbol kebijaksanaan,”bebernya. Secara khusus Disel Astawa berharap dengan pelaksanaan karya Melasti Meayu ayudi Desa Adat Ungasan, krama senantiasa bersatu dan berpegang teguh pada konsep kebersamaan mewujudkan kemajuan Desa Adat Ungasan berlandaskan sagilik saguluk, salunglung sabayantaka ngajegang adat, dresta dan agama.(kbh6)

Related Posts