October 14, 2024
Daerah Sosial

Yayasan Sintesia Animalia Indonesia Kawal Kesejahteraan Hewan di Bali

Denpasar-kabarbalihits

Bali Animal Defender bersama Animal International Bali Team bermetamorfosis menjadi Yayasan Sintesia Animalia Indonesia, dimana deklarasi nama baru ini dilakukan sekaligus memperingati World Animal Day tahun 2022, pada Selasa (4/10/2022) di Bellissimo Cafe, Sanur, Denpasar.

Menurut Pembina Yayasan Sintesia Animalia Indonesia, drh. Maria Maliga Vernandes Sasadara, kolaborasi ini sangat perlu dilakukan karena gerakan yang sejalan selama ini dalam upaya meningkatkan standar kesejahteraan hewan.

Dengan melahirkan nama Sintesia Animalia Indonesia, diharapkan kedepannya kolaborasi ini akan mencapai tujuan dengan hasil yang maksimal.

“Daripada kami berjalan sendiri sebenarnya tujuan sama, tapi kami berpikir akan lebih efisien, dan akan ada lebih banyak hasil yang akan kita peroleh. Tentunya dengan hasil-hasil yang kami harapkan lebih besar dan bermanfaat bagi banyak orang, banyak hewan dan lingkungan,” kata Maria Maliga yang disapa Dokter Sasa.

Sejak tahun 2017, Ia bersama tim telah melakukan penelitian terkait kesejahteraan hewan, dimana yang menjadi program utama yakni memerangi perdagangan daging anjing di Bali bersinergi dengan Pemerintah dan aparat terkait.

“Kita turun ke lapangan, mengedukasi, kita mengajak mereka membantu mereka dan memang kadang-kadang di suatu titik memerlukan suatu langkah-langkah yang tidak hanya persuasif tapi tetap berusaha menghormati kearifan lokal yang dianut oleh masyarakat Bali, dengan mengajak mereka untuk tidak memperdagangkan daging anjing, karena itu bukan bagian dari kebudayaan di Bali,” jelasnya.

Dengan terbentuknya Yayasan Sintesia Animalia Indonesia, diharapkan melalui mengkombinasikan keahlian masing-masing akan dibentuk suatu sistem untuk meningkatkan kesejahteraan hewan, membantu implementasi dan penegakan hukum dengan suatu cara yang tidak merugikan hewan, manusia dan lingkungan sekitar.

Ditambahkan, pihaknya tidak berfokus pada jenis hewan anjing dan kucing saja, juga membantu seluruh jenis hewan termasuk hewan ternak.

“Memang dari awal tujuan kami bukan hanya untuk membantu anjing dan kucing, kami ingin membantu hewan ternak juga, satwa liar, semua spesies yang harus kami bantu kami berusaha untuk membantu,” imbuhnya. 

Menanggapi pengetatan wilayah Nusa Dua bebas dari hewan khususnya Anjing liar pada perhelatan G20, menurutnya G20 merupakan event yang besar dan keberadaan anjing Bali sudah lama disana, dan dalam pandangannya hal tersebut tidak menjadi masalah, selama anjing-anjing tersebut dihandle pada orang-orang yang tepat.

Ia juga berkeinginan pada momen tersebut untuk memperkenalkan anjing Bali kepada dunia.

“Tetapi kembali lagi G20 itu suatu event yang besar, tentu Pemerintah tidak bisa gambling dengan apa yang nanti akan terjadi, itu kewenangan Pemerintah,” pungkasnya.

Ketua Yayasan Sintesia Animalia Indonesia, Jovan Imanuel Calvary juga berharap dengan terbentuknya yayasan ini, kesejahteraan hewan di Bali bisa lebih maksimal, terkhusus pada penegakan perlindungan kesejahteraan hewan yang ada di Indonesia.

Bersama komunitas yang lain, sepanjang 2019 sampai 2020 pihaknya telah melakukan berbagai gerakan seperti aksi damai, serta melakukan upaya pendampingan terhadap pemilik hewan yang terindikasi mengalami kekejaman hewan.

“Ketika memenuhi unsur pidana yang mencakup di pasal 302, kami mencoba berkoordinasi dengan pihak kepolisian. Ketika misalkan sudah memenuhi unsur pidana, apa yang kami laporkan itu biasanya dibuatkan laporan polisi akan ditindaklanjuti oleh instansi terkait,” ujarnya.

Baca Juga :  Yayasan Sintesia Animalia Indonesia Peduli Gempa Cianjur, Selamatkan Hewan Peliharaan dan Hewan Ternak

Selain mengundang Direktur Vetriner Animals International Australia, Jennifer Hood, acara ini turut dihadiri Senator DPD/MPR RI Dr. Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna MWA III, SE (M.Tru)., M.Si,. Pada kesempatan tersebut Arya Wedakarna mengapresiasi keberadaan Yayasan Sintesia Animalia Indonesia yang telah memerangi perdagangan daging anjing di Bali bersama Pemerintah Provinsi Bali.

Ditegaskan gerakan ini dikatakan tidak berkaitan dengan Agama maupun Suku, dan murni karena kasih sayang terhadap hewan.

“Mengenai masalah menyelamatkan anjing, saya tegaskan ini tidak ada urusan sama Agama, Suku, Sara, ini murni kasih sayang kita kepada hewan yang ada. Jangan dibelok-belokkan,” tegasnya.

Kembali Arya Wedakarna menegaskan terkait pertanyaan pembuatan Undang-Undang untuk pelarangan perdagangan daging anjing, bahwa Undang-Undang tersebut tidak bisa dibentuk di tingkat Nasional, namun bisa dibantu masing-masing wilayah.

“Karena ini NKRI, tetapi kita bisa bantu untuk per wilayah. Makanya gerakan di Kalimantan, Sulawesi Selatan saya puji. Mudah-mudahan ini menjadi hal yang baik,” harap Senator Arya Wedakarna. (kbh1)

Related Posts