Jaga Harmonisasi Dengan Alam, Pemkab Buleleng Gelar Upacara Tawur Labuh Gentuh
Buleleng-kabarbalihits
Guna menjaga hubungan harmonis dengan alam, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng menggelar upacara adat Mepapada Pemahayu Jagat Tawur Labuh Gentuh.
Upacara adat tersebut digelar di Pura Segara Penimbangan, Desa Baktiseraga, Kecamatan Buleleng, Jumat (16/9/2022). Sekretaris Daerah (Sekda) Buleleng Gede Suyasa berkesempatan hadir dalam upacara tersebut.
Dihubungi usai pelaksanaan upacara adat, Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Setda Buleleng Ni Nyoman Sukadani menjelaskan tujuan dari upacara ini adalah untuk menjaga keharmonisan hubungan manusia dengan alam. Melalui upacara Mepapada Pemahayu Jagat Tawur Labuh Gentuh, seluruh masyarakat berharap keharmonisan yang dimaksudkan bisa memberikan kesejahteraan. “Membuat masyarakat menjadi nyaman dan selalu ingat serta peduli dengan alam. Karena alam yang menjaga kita,” jelasnya.
Setelah itu ada pula prosesi mulang pakelem. Mulang pakelem di tengah laut tersebut menggunakan berbagai macam binatang sebagai persembahan. Seperti kambing, bebek, babi dan anjing. Masyarakat Bali mempercayai danau dan laut sumber air yang sangat penting bagi kehidupan manusia. “Ini juga bertujuan menjaga harmonisasi dengan alam. Di samping itu, untuk meminta perlindungan dan keselamatan dari Tuhan,” ujar Sukadani.
Disinggung mengenai pemilihan tempat di Pura Segara Penimbangan, Sukadani menyebutkan bahwa upacara ini memang dilaksanakan di tepi pantai atau laut. Laut menjadi tempat yang sakral sehingga dilakukan di tepi laut. Selain itu, ada petunjuk niskala yang diterima oleh pemangku di pura tersebut dimana bahwa upacara Mepapada Pemahayu Jagat Tawur Labuh Gentuh belum pernah dilakukan dalam 25 tahun terakhir. Pura Segara Penimbangan juga memiliki sejarah penting di dalamnya. “Penimbangan yang berarti seimbang. Untuk menjaga keseimbangan itu sih makna dari pemilihan Pura Segara Penimbangan. Ini juga alam yang berproses sehingga dipilih Pura Segara Penimbangan,” sebut dia.
Sementara itu, Sekda Buleleng Gede Suyasa yang juga berkesempatan hadir mengungkapkan bahwa masyarakat Bali sangat mempercayai upacara-upacara adat atau agama yang berlangsung di alam. Selain dengan upaya sekala, upaya niskala juga diperlukan. Sebagai bentuk harmonisasi kehidupan manusia dengan alamnya. “Ya sebagai masyarakat Bali kita sangat percaya dengan hal ini. Bahwa kita harus menjaga hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, Alam, dan sesama manusia,” ungkapnya.
Upacara Mepapada Pemahayu Jagat Tawur Labuh Gentuh ini dipuput oleh Ida Pedanda Gede Putra Kemenuh dari Griya Sukasada, Kelurahan Sukasada, Kecamatan Sukasada.(r)