Rayakan HUT Ke-4, Ketua Yayasan Bali Matangi Harapkan Generasi Muda Hargai Budaya Pertanian
Denpasar-kabarbalihits
Serangkaian hari jadinya yang ke-4, Yayasan Bali Matangi menggelar pelatihan dasar profesi Barista secara gratis, dan merayakan puncak HUT secara sederhana di Rumah Kebangsaan dan Kebhinekaan (Rumah Kakek) Pasraman Satyam Eva Jayate, Jalan Trengguli, Denpasar (20/8/2022).
HUT Yayasan Bali Matangi yang mengusung tema Bali Bangkit ini dihadiri langsung oleh Ketua Yayasan Bali Matangi, Putu Eka Agusyasha, Pembina Yayasan Bali Matangi Nyoman Dewa Rucika, Ketua Yayasan Rumah Kebangsaan dan Kebhinekaan, Ketut Udi Prayudi, serta dihadiri beberapa pimpinan organisasi pariwisata di Bali.
Ketua Panitia HUT Yayasan Bali Matangi, I Nyoman Murjana menyampaikan serangkaian HUT ke-4 Yayasan Bali Matangi yang jatuh pada tanggal 1 Agustus 2022 telah dilakukan beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut diantaranya, Bakti Sosial berupa donor darah diikuti ratusan pendonor bersinergi dengan Rumah Kakek, serta berbagai perlombaan dalam menyemarakkan Kemerdekaan Republik Indonesia ke-77.
Khusus pada kegiatan pelatihan dasar Barista, dipandang animo peserta mengikuti pelatihan ini sangat tinggi, terbukti membludaknya peserta ditargetkan hanya 20 orang, namun yang mendaftar hingga 60 orang. Sehingga pihaknya memberikan kesempatan kepada 40 orang peserta dalam mengikuti pelatihan dasar Barista kali ini.
“Kami memberikan kesempatan kepada 40 orang peserta untuk mengikuti pelatihan dasar Barista untuk tekhnik manual brew, salah satu kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang sangat diminati,” kata I Nyoman Murjana di sela-sela acara berlangsung.
Pelatihan dasar ini dibimbing oleh Instruktur Barista Nyoman Gede Suasta, CHT diantaranya manual brew technics, French press, vietnam drip dan teknik lainnya.
Diharapkan kegiatan yang diikuti kalangan siswa SMA/SMK dan mahasiswa dari lembaga pendidikan Pariwisata, serta dari organisasi kepemudaan ini bisa berlanjut pada HUT Yayasan Bali Matangi ke-5.
Ditambahkan, output yang diharapkan dari kegiatan ini adalah pemahaman sebagai pengetahuan. Karena dinilai, generasi muda saat ini sangat gemar minum kopi. Sehingga dengan pengetahuan yang dimiliki, peserta diharapkan bisa menikmati racikan kopi yang baik dan enak.
“Kopi juga merupakan kearifan minuman nusantara. Apabila mereka ingin melanjutkan bisa pelatihan lebih lanjut keprofesional tentunya mereka bisa membuat usaha kedai Kopi, karena kedai Kopi banyak dimiliki oleh anak-anak muda pada saat ini,” ujarnya.
Keseluruhan peserta diberikan sertifikat dan modul pelatihan Barista.
Sementara Ketua Yayasan Bali Matangi, Putu Eka Agusyasha mengatakan, HUT ke-4 ini dilaksanakan secara sederhana dan lebih dekat dengan kaum milenial, sesuai dengan sepirit Bung Karno.
“Agar mereka bisa nanti kita ajak untuk ‘Matangi’ bersama-sama mempertahankan nilai-nilai yang kita punya di Bali,” ucapnya.
Dipilihnya pelatihan dasar Barista kali ini, karena dilihat persaingan dunia pariwisata meningkat maka diperlukan keahlian mengkhusus. Dimana Barista saat ini sedang diminati untuk membantu menciptakan lapangan kerja dan menjadi seorang profesional.
“Jadi sayang sekali kalau yang jadi Barista itu orang-orang asing bukan orang kita,” pungkasnya.
Putu Eka Agusyasha pun menjabarkan makna dari Yayasan Bali Matangi yang lahir pada 1 Agustus 2018. Dimana tergerak karena kepedulian bersama anggotanya, yang merupakan bagian dari insan pariwisata di Bali untuk memberikan persembahan kepada Ibu Pertiwi.
“Arti katanya Bali itu adalah persembahan atau banten, sedangkan Matangi adalah nama beliau Dewi Durga dalam aspek kasih sayang, dalam Weda seperti Dewi Pertiwi. Jadi Bali Matangi adalah persembahan terbaik kita untuk Ibu Pertiwi. Jadi bukan Bali yang dibangunkan,” paparnya.
Meski memiliki nama yang sama dengan organisasi lainnya di Bali, dipastikan Yayasan ini menghormati Guru Wisesa (Pemerintah) dan tidak melakukan hal-hal yang berseberangan. Dimana yayasan ini lebih fokus pada pengembangan ekonomi masyarakat, pendidikan, dan budaya.
“Bali Matangi tidak ingin ada isu agama, semua orang bisa bergabung. Kita berbicara tentang Bali sebagai sebuah budaya bukan agama,” tegasnya.
Secara pribadi Putu Eka memandang di kondisi saat ini Bali Matangi dalam menghadapi globalisasi yang luar biasa, diharapkan generasi muda di Bali semakin sadar dan menghargai budaya leluhur, terutama budaya pertanian.
“Seperti orang tua bilang istilahnya, ‘amongken je tuwuh umane, amonto tuwuh gumi Baline’. Pada saat semua tanah terjual nanti dan tidak ada orang yang melanjutkan bertani, karena semua konsumtif itulah akhir daripada Bali. Sebelum itu terjadi, kita ajak anak-anak muda untuk kembali mengingatkan dan bangga sebagai petani,” jelasnya.
“selanjutnya kita orang-orang Bali banggalah sebagai orang Bali, banggalah dalam hidup kesederhanaan. Jangan menjadi hedonisme terlalu mengandalkan turis dan pariwisata, mari bangkitkan ke-Bali-an kita kesederhanaan kita seperti leluhur dulu,” sambungnya.
Pada kesempatan tersebut Ketua Indonesian Food & Beverage Executive Association Bali (IFBEC) I Ketut Darmayasa berharap kepada Yayasan Bali Matangi agar menjaga eksistensinya, dan bisa berkontribusi terhadap lingkungan terutama dampak sosial saat ini.
“Sehingga para teman-teman ada di Yayasan Bali Matangi ini akan terus menggali bagaimana bisa menjaga Bali dan melestarikan alam Bali, Budaya dan mempererat hubungan antar sesama sebagai bentuk saudara,” harapnya.
Di penghujung acara HUT, dilakukan pemotongan tumpeng dan hiburan live musik. (kbh1)