
Ciptakan Kuta Aman dan Nyaman, Desa Adat Kuta Akan Rangkul Ojek Liar
Badung-kabarbalihits
Guna menciptakan kembali rasa aman dan nyaman di wilayah Kuta, pihak Desa Adat Kuta berupaya akan merangkul keberadaan Ojek liar yang nangkring di tiap sudut kawasan setempat.
Terlebih meningkatnya kejadian pemalakan dan penjambretan yang menimpa wisatawan domestik maupun wisatawan asing terjadi beberapa bulan terakhir membuat warga Kuta geram, dan melakukan sweeping pangkalan ojek liar di kawasan Kuta.
Bendesa Adat Kuta, I Wayan Wasista menyampaikan, setelah melakukan upaya pengamanan di zona rawan yang melibatkan pecalang Jagabaya tiap Banjar dan aparat keamanan, dinilai tingkat kejahatan telah menurun.
“Di jembatan, diskotik-diskotik, apalagi di Monumen Bom Bali juga rame. Tapi semenjak kita libatkan Banjar, mereka sudah mulai tidak ada,” ucap Bendesa I Wayan Wasista di Kuta (8/8/2022).

Bendesa Adat Kuta, I Wayan Wasista
Menurutnya keberadaan ojek di wilayah Kuta tidak terdaftar resmi. Nantinya pihak Desa Adat akan merangkul mereka, dengan dibuatkan ojek legal berpayung hukum.
“Mereka bukan warga Kuta, itu orang luar. Yang penting kalau mereka mau bekerja di Kuta asal dilakukan secara baik-baik, tidak ada pemaksaan, malah kita welcome kok,” ujarnya.
Keberadaan Ojek liar dikatakan serupa dengan banyaknya usaha jasa Money Changer yang bodong hingga ratusan. Sebab, saat disidak banyak yang tidak bisa menunjukkan bukti perijinan.
“Karena selama ini mereka itu melakukan penipuan. Ini yang merusak citra, menginjak-injak kami di Desa Adat Kuta. Kalau tamu sudah tidak ada di Kuta apa yang kami makan? Beton? kan tidak mungkin,” katanya.
Wayan Wasista menilai, saat di Kuta mulai ada penambahan kunjungan wisatawan asing, pelaku memanfaatkan momen tersebut untuk melakukan pemalakan dan penjambretan.
“Kita memandang mereka itu sebagai pengganggu kenyamanan wisatawan,” jelasnya.
Ia juga memandang adanya Spa liar yang perlu diwaspadai sebab beberapa Spa terindikasi mempekerjakan anak dibawah umur.
Ditegaskan kembali, pihaknya tidak melarang warga luar Kuta untuk bekerja di wilayah Kuta, namun diharapkan untuk bersama-sama menjaga keamanan dan kenyamanan kawasan setempat.
Pihaknya menemui kendala ketika menerima aduan dari wisatawan namun tidak dilaporkan ke pihak kepolisian.
“Kasus itu sering, banyak yang tidak dilaporkan. Kalau Money Changer yang penipu, kalau diketahui uangnya hilang lapor ke Desa Adat, kita datangi, mereka kembalikan uangnya, kan susah untuk dilanjutkan ke kasus hukum, ini yang menjadi kendala,” terangnya.
Dari data yang diterima, Money Changer resmi di Kuta berjumlah 103 usaha, namun Money Changer bodong dikatakan lebih banyak dibandingkan Money Changer resmi.
Secara tegas pihaknya akan memberantas jasa Money Changer bodong yang masih beraktivitas. Ia meminta kepada pengusaha untuk mengurus ijin keberadaan masing-masing usaha Money Changer di wilayah Kuta.
“Setelah ijinnya lengkap silahkan kembali mereka buka money changer. Selama mereka belum melengkapi ijin, kami dari Desa Adat bersama BI dan Kejaksaan Badung sudah ada kerjasama, kita akan sikat,” pungkasnya.
Pihaknya menghimbau kepada para wisatawan yang berkunjung ke Bali untuk lebih berhati-hati saat membawa barang berharga.
“Kami tidak bisa mengawasi secara keseluruhan, ini juga mengundang kriminal, kita selalu waspadalah,” imbuhnya. (kbh1)