November 25, 2024
Opini

Drama Cinta dalam “The Fault in Our Stars” Karya John Green: Konflik Tokoh Utama Membuat Hati Tergetar

Oleh: Ida Bagus Gede Kardika Astawa

Siapa yang tidak tergetar hatinya oleh keajaiban cinta? Dalam novel fenomenal “The Fault in Our Stars” karya John Green, dunia merasakan getaran emosi yang luar biasa melalui konflik yang melanda tokoh utamanya. Tak hanya sekadar cerita cinta biasa, novel ini mengajak pembaca menghadapi realitas kehidupan yang pahit, tetapi di dalamnya juga terdapat kekuatan untuk tumbuh, mencintai, dan menemukan arti sejati.

Kisah mengharukan ini menceritakan tentang Hazel Grace Lancaster, seorang gadis remaja yang hidup dengan kanker paru-paru yang sulit diobati. Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan Augustus Waters, seorang pria muda yang telah mengalahkan kanker tulang, tetapi harus kehilangan salah satu kakinya sebagai hasil dari pertempurannya. Meskipun keduanya berasal dari latar belakang medis yang sulit, mereka menemukan cinta yang unik dan kuat satu sama lain.

Di awal novel, Hazel mengalami konflik dengan dirinya sendiri karena ia tidak dapat memutuskan apakah ia harus membuka diri terhadap seorang pria yang baru saja ia temui bernama Augustus. Dia merasa bahwa dia tidak boleh memulai hubungan dengannya karena jika dia mati maka dia akan menyakiti hatinya karena dia meninggalkannya, tetapi di sisi lain dia ingin memulai hubungan karena dia benar-benar menyukainya dan dia membuatnya bahagia. Konflik lain yang terjadi di pertengahan buku ini adalah ketika Hazel berjuang melawan kankernya dan ketika paru-parunya terisi cairan. Dia pergi ke rumah sakit dan berjuang untuk hidupnya tetapi dia akhirnya baik-baik saja setelah beberapa hari di rumah sakit.

Selain itu, konflik sebelumnya menyebabkan konflik lain karena dia ingin melakukan perjalanan ke Amsterdam tetapi para dokter tidak ingin mengirimnya karena mereka takut paru-parunya akan terisi kembali dengan cairan selama perjalanan. Dia meyakinkan para dokter untuk membiarkannya pergi dan paru-parunya tidak terisi cairan selama perjalanan. Konflik lain yang terjadi di pertengahan buku adalah ketika penulis Van Houten tidak mau menceritakan kepada Hazel dan Gus apa yang terjadi setelah buku AIA berakhir, padahal dia sudah berjanji akan menceritakannya kepada mereka berdua. Mereka melakukan perjalanan jauh-jauh ke sana dan akhirnya tidak mendapatkan jawaban yang dijanjikan oleh Van Houten dan mereka benar-benar kecewa dan marah. Konflik terakhir adalah ketika Augustus sekarat karena kanker yang dideritanya.

Baca Juga :  Eks Ketua LPD Serangan Buka Suara Dugaan TPPU

Setelah perjalanan ke Amsterdam, Augustus masuk ke rumah sakit dan berjuang untuk hidupnya melawan kanker. Namun, ia akhirnya meninggal karena kankernya di akhir cerita. Meskipun menghadapi kenyataan kelam, “The Fault in Our Stars” bukanlah sekadar kisah yang penuh dengan duka. Konflik ini mengajarkan kita tentang arti pentingnya hidup dalam setiap momen dan betapa kuatnya cinta yang dapat mengatasi segala rintangan. Terlepas dari kisah yang mengharukan, buku ini penuh dengan humor dan keceriaan, mengimbangi kesedihan dengan kilas balik positif dan dialog lucu antara tokoh-tokohnya. Dalam dunia yang sering kali penuh dengan berita buruk, “The Fault in Our Stars” mengingatkan kita bahwa cinta dan makna kehidupan dapat ditemukan di tengah-tengah tantangan terberat. Novel ini tidak hanya menciptakan konflik yang menggetarkan, tetapi juga mengajarkan kita untuk menghadapi kehidupan dengan hati terbuka, dan untuk mencintai dengan segala keberanian yang kita miliki.(r)

Related Posts