November 25, 2024
Nasional

Pelokalan Aksi Ketangguhan Bencana yang Dipimpin oleh Perempuan dan Anak Muda: Jalan Menuju Kerangka Kerja Sendai

Badung-kabarbalihits

YAPPIKA-ActionAid bersama Federasi ActionAid Internasional menyelenggarakan kegiatan “Pelokalan Aksi Ketangguhan Bencana yang Dipimpin oleh Perempuan dan Anak Muda: Jalan Menuju Kerangka Kerja Sendai”, rabu (25/5) di Nusa Dua, Bali. Pertemuan ini membahas implementasi Kerangka Kerja Sendai dalam pelaksanaannya di tingkat lokal hingga global dalam memperkuat upaya ketangguhan terhadap bencana yang melibatkan perempuan dan pemuda.

Kegiatan ini merupakan acara khusus yang dilaksanakan perwakilan ActionAid Internasional yang berasal dari berbagai negara, yaitu Indonesia, Bangladesh, Kamboja, Vietnam, Malawi, Nepal, Inggris, dan Palestina, serta melibatkan pemerintah, perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Organisasi Masyarakat Sipil, dan pemangku kepentingan.

Pada perhelatan ini Reza Rahadian Matulessy, Duta Persahabatan YAPPIKA-ActionAid, menyampaikan pidato kunci tentang proses pelokalan aksi ketangguhan bencana. Proses tersebut harus memberdayakan segmen populasi yang paling rentan, terutama perempuan dan kaum muda. Selain itu, Reza juga mengajak seluruh peserta yang hadir untuk merumuskan gerakan yang mendukung isu kepemimpinan perempuan pada aksi kemanusiaan.

“Saya ingin menekankan pada masalah yang berkaitan dengan pergeseran kekuasaan. Ini adalah agenda yang kami anjurkan dalam arti sebenarnya. Memberikan kesempatan kepada warga agar mereka dapat mengambil keputusan sendiri yang kemudian didukung/dibiayai oleh pemerintah dan lembaga pembangunan. Proses pergeseran kuasa melalui peningkatan kapasitas harus difasilitasi”, tegas Reza dalam pidato pembukaannya.

Dalam diskusi panel bersama perwakilan ActionAid Internasional dari Bangladesh, Nepal, Palestina, dan Kepulauan Fiji, Direktur Tata Ruang, Pertanahan dan Penanggulangan Bencana BAPPENAS, Drs. Sumedi Andono Mulyo, MA. Ph.D mengatakan indikasi kesuksesan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) adalah meningkatnya keterlibatan dan peran perempuan dalam pemberdayaan komunitas. “Kunci kesuksesan adopsi PRB adalah keterlibatan perempuan. Strateginya adalah memperbanyak program lewat kementerian, pemerintah bekerja sama dengan NGO, badan pembangunan PBB dan organisasi-organisasi lain dalam tata kelola PRB, serta memfasilitasi pemerintah lokal untuk meningkatkan gender-based planning PRB”, kata Sumedi.

Hal senada dikatakan oleh Country Director ActionAid Bangladesh, Farah Kabir yang mengatakan bahwa perempuan adalah perespon pertama saat terjadi bencana. Namun, perempuan kebanyakan berperan di belakang layar. Mereka berjuang melindungi anak-anak saat bencana terjadi, misalnya saat banjir datang, mereka akan lebih dulu berjuang menyelamatkan anak-anaknya. “Kami bekerja dengan perempuan untuk memastikan sumber daya yang mereka punya. Kami juga mengenalkan kepada anak-anak muda mengenai bencana dan bagaimana menghadapi bencana sehingga mereka lebih sigap memberikan bantuan saat bencana datang”, kata Farah Kabir.

Baca Juga :  Fraksi PDI Perjuangan Apresiasi Pemerintah Alokasikan Anggaran Memadai Program Strategis Wajib dan Mengikat Dalam Pemulihan Ekonomi

Dalam kesempatan ini, hadir juga Imas Mas’iyah, perwakilan komunitas dari Desa Tamanjaya Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang. Guru di SDN Tamanjaya 2 ini menceritakan keterlibatan warga di desanya sebagai contoh pelokalan PRB. Guru dan wali siswa SDN Tamanjaya 2 didampingi oleh YAPPIKA-ActionAid membentuk Komunitas Sekolah Aman Bencana Berbasis Masyarakat (Kassabar) pasca tsunami Selat Sunda. Sekolah ini turut terdampak tsunami karena lokasinya yang berada di bibir pantai. Menurut Imas, Kassabar mengadakan simulasi bencana dan pelatihan kebencanaan kepada siswa dan wali siswa, serta membuat jalur evakuasi. Komunitas sekolah juga mengajukan kepada Kemedikbudpora Kabupaten Pandeglang agar materi kebencanaan menjadi muatan lokal dalam pembelajaran di sekolah. Pemerintah Kabupaten Pandeglang terkesan dengan ketangguhan komunitas sekolah dalam menghadapi bencana sehingga sekolah-sekolah yang berada di kawasan rawan bencana membentuk komunitas yang disebut Kostana (Komunitas Sekolah Tangguh Bencana).

Menutup perhelatan, Direktur Eksekutif YAPPIKA-ActionAid Fransiska Fitri mengatakan bahwa acara ini  adalah kesempatan emas untuk saling berbagi pengalaman dan strategi pelibatan perempuan dan pemuda dalam PRB antar negara yang memiliki kemiripan latar belakang situasi kebencanaan. (r)

Related Posts