Kerajinan Limbah Plastik Wayan Patut Jadi Cenderamata di G20
Denpasar-kabarbalihits
Pengrajin limbah sampah plastik asal Serangan I Wayan Patut bisa berbangga hati, sebab beberapa karyanya akan dipamerkan dan menjadi Cenderamata pada event bertaraf Internasional G20.
Bali akan menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada Nopember mendatang. Berbagai persiapan telah dilakukan dalam menyambut event ini, salah satunya terkait pengolahan sampah di Bali.
I Wayan Patut yang juga sebagai Koordinator Community Partnership Kura-Kura Bali dengan Masyarakat Serangan menyampaikan, karya yang akan ditunjukkan pada G20 nanti berupa Meja, Kursi, Gantungan Kunci berbentuk Kura-Kura dan ikan, Pot tanaman, Tempat Sabun, serta benda lainnya berbahan daur ulang plastik yang berjumlah ratusan.
Keterlibatannya pada G20 berawal dari menunjukkan salah satu produknya kepada owner Kura-Kura Bali, dan direspon positif.
“Waktu Presiden Jokowi kesini, kami disuruh menyiapkan kursi-kursi ini (kursi daur ulang plastik). Sementara sifatnya mendadak kami belum siapkan, ketika jadi kami tampilkan. Banyak kita dikasi contoh-contoh produk yang berbahan dasar plastik nanti kita suguhkan di G20,” ucapnya saat ditemui pada tempat kerjanya di Serangan (21/5/2022).
Tidak hanya sebagai produk pameran di G20, nantinya diharapkan usaha kerajinan masyarakat Serangan bisa mendapat dukungan penuh pada even tersebut.
“Produknya nanti sekitar maksimal 10 jenis yang akan disuguhkan disana. Ketika kita mampu mengolah plastik tentunya dari 10 produk itu kita juga ingin banyak masukan, yang utama desain, kualitas,” katanya.
Tentunya hal ini menjadi penting karena menjadi peluang bisnis, dimana proses pengelolaan sampah plastik bisa berkelanjutan.
“Di masyarakat kita tau sendiri, membuat usaha kalau peluang pasarnya tidak ada ya mati disana, sehingga ekonomi tidak jalan,” ujarnya.
Saat ini ia fokus melatih 12 orang warga Serangan untuk membuat rangka cetakan dan mengerjakan produk-produk yang akan ditunjukkan pada delegasi-delegasi G20 nantinya.
“Sehingga di saat G20, kita sudah siap ikut terlibat sekaligus memberikan perhatian kepada Negara tetangga, delegasi-delegasi G20, bahwa kami mampu ikut dan mau mengelola lingkungan kami sendiri. Sehingga yang perlu dukungan adalah bagaimana ketika yang kami suguhkan mempunyai peluang pasar itu harus dibangun dan diciptakan disana,” pungkasnya.
Ia pun memaparkan proses pembuatan produk dari daur ulang sampah plastik. Yang dimulai dari pemilahan sampah, penghancuran menjadi perca plastik, dilanjutkan dengan pencucian dan penjemuran. Kemudian perca plastik dibubuhkan pada cetakan yang selanjutnya dipanaskan dengan oven.
“Karena oven lebih baik hasilnya daripada dilelehkan dengan pembakaran. Kalau pembakaran hasilnya hitam dan polusi udara. Dengan oven warna lebih bagus sesuai desain,” bebernya.
Dicontohkan dalam pembuatan salah satu produk plat ukuran 20 cm x 15 cm dengan ketebalan 1 cm, dibutuhkan 400 hingga 600 gram plastik.
“Kalau kresek kita ukur 1 kursi, dengan volume beratnya 5 sampai 8 kilogram. Sehingga semakin padat botol itu yang dimasukkan kresek pengelolaan plastiknya semakin bagus,” imbuhnya.
Wisman asal Hawai bernama Elen yang kebetulan berkunjung ke tempat kerja Wayan Patut, sangat terkesima melihat hasil karya dari limbah plastik.
Elen yang tinggal di Mas Ubud bersama keluarganya mengaku baru pertama kali melihat proses pengolahan limbah plastik di Bali.
“Saya takjub dengan apa yg saya lihat hari ini. Saya pikir ini adalah kebiasaan untuk memproses limbah plastik dengan cara yg baik dan saya harap ini akan berjalan lancar,” katanya. (kbh1)