
Peringati Hari Museum Internasional, Supadma Rudana Tegaskan Museum Berinovasi Dalam Digitalisasi dan Aksesbilitas
Jakarta – kabarbalihits
Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia (AMI) Putu Supadma Rudana menyampaikan pidato kebudayaan pada seminar nasional memperingati Hari Museum Internasional 2022 yang mengangkat tema “The Power of Museums” yang diselenggarakan Museum DPR RI Bagian Humas dan Pengelolaan Museum, Kamis (19/5), di Jakarta.
Mengawali pidatonya Putu Supadma Rudana menyampaikan Hari Museum Internasional yang diperingati setiap tanggal 18 Mei merupakan acara tahunan yang ditetapkan oleh International Council of Museums (ICOM) untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang peran museum terhadap masyarakat sebagai wadah pemahaman budaya, pertukaran budaya serta pengembangan kerjasama di masyarakat. Dengan tema hari Museum tahun 2022 yaitu, The Power of Museums menurut Putu Supadma Rudana sangat tepat untuk melihat kekuatan dan ketangguhan museum.
“Museum mampu merawat memori kultural bangsa di masa lalu sekaligus memberikan ide-ide baru untuk masa depan demi kehidupan yang lebih baik,”ucap Supadma Rudana yang juga Pimpinan Museum Rudana & Rudana Fine Art Gallery Rudana ini.
Lebih lanjut Supadma Rudana yang juga Wakil Ketua BKSAP DPR RI (Badan Kerjasama Antar Parlemen) ini, mengatakan ada tiga aspek potensi museum yang tergambarkan dari tema tersebut. Potensi pertama, kontribusi museum dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs).
“Kedua, kekuatan museum berinovasi dalam digitalisasi dan aksesbilitas. Ketiga, kekuatan musem membangun komunitas melalui pendidikan,” kata tokoh dua periode di DPR RI ini.
Supadma Rudana juga mengulas beberapa aspek potensi yang ada, pertama, dimana TPB atau SDGs merupakan kesepakatan global dalam agenda pembangunan berkelanjutan yang dibuat untuk menjawab tuntutan kepemimpinan dunia dalam mengatasi kemiskinan, kesenjangan, dan perubahan iklim dalam bentuk arti yang nyata.
“TPB atau SDGs dirancang dengan melibatkan seluruh aktor pembangunan baik pemerintah, masyarakat, NGO atau LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), akademisi, dan berbagai pihak lainnya, yang artinya dirancang dan dijalankan lintas sektor,” ulasnya.
Menurut Supadma Rudana, TPB yang dijalankan lintas sektor tersebut membuat museum juga turut andil. Ada berbagai alasan museum menjadi mitra strategis dalam implementasi TPB. Pertama, museum melestarikan warisan peninggalan budaya dan alam berupa koleksi dan pengetahuan terkait. Ini membentuk dasar dari berbagai program pembelajaran dan penelitian yang dapat mendukung TPB dan pelestarian warisan peninggalan budaya dan alam di luar museum.
“Kedua, museum menjangkau banyak orang untuk pembelajaran formal dan informal dan sudah memberikan banyak program yang sejalan dengan TPB,” sebutnya.
Supadma Rudana menegaskan museum membantu menumbuhkan minat banyak pihak, perhatian dan kemampuan mengatasi masalah yang berkaitan dengan TPB sehingga memainkan peran penting dalam meningkatkan pendidikan dan partisipasi masyarakat. Ketiga, museum dapat mendukung partisipasi kebudayaan dan partisipasi kebudayan membantu memastikan bahwa semua orang dari segala latar belakang memiliki kesempatan berpartisipasi penuh dalam masyarakat.
“Museum menyediakan layanan untuk masyarakat. Mereka bisa berkontribusi pada banyak TPB dengan memastikan layanan ini dapat diakses secara penuh oleh masyarakat. Museum dapat membawa orang dari berbagai latar belakang dan minat yang sama maupun berbeda, mempromosikan masyarakat yagn toleran dan adil demi TPB,” tegas Supadma Rudana.
Politisi Demokrat asal Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar ini menguraikan hal keempat, museum dapat berpartisipasi memfasilitasi dan memprakarsai kemitraan lintas sektor dan bisa memegang peran utama dalam mengejar TPB. “Museum merupakan entitas independen dan mendukung interaksi positif antara kelompok pemangku kepentingan yang berbeda dalam mengatasi tantangan dunia baik lokal maupun global,” urainya.
Sementara di banyak masyarakat bisa dikatakan tidak ada sektor lebih baik ditempatkan atau lebih mampu melakukan inisiasi selain museum yang justru mampu menjembatani kesenjangan antara kebijakan atau strategi dan pengalaman hidup masyarakat serta memberikan kesempatan bagi banyak pihak untuk memasukkan pengembangan kebijakan dan strategi yang mempengaruhi kehidupan mereka dan orang lain.
“Museum memerlukan TPB dalam pengelolaan museum karena tujuan pembangunan berkelanjutan merupakan kerangka kerja global dalam kepentingan yang semakin kuat dari berbagai sektor terutama lembaga swasta dan pemerintah,” ulas Supadma Rudana.
Selain itu, museum dapat mengambil peran dan terlibat secara langsung dengan tujuan pembangunan berkelanjutan. Pertama dengan membentuk program yang bisa mengajak pengunjung tertarik kepada topik sosial dan lingkungan dengan aktivitas yang edukatif dan partisipatif.
“Melibatkan diri dalam TPB akan memungkinkan museum untuk mendukung banyak pihak pada masalah yang berkaitan dengan keadilan, toleransi dan kepedulian lingkungan,” ujarnya.
Hal kedua, sambung Supadma Rudana yakni menggunakan sumber daya yang baik dalam mengejar hasil sosial dan lingkungan yang positif. Museum dipenuhi oleh hal-hal yang menakjubkan atas efek koleksi yang mencerminkan kekayaan budaya dan alam yang bisa menginspirasi dan mengembangkan pemahaman tentan masa lalu, sekarang dan kemungkinan masa depan.
Sedangkan yang ketiga, kata Anggota Fraksi Demokrat DPR RI ini , membangun kerjasama dan kolaborasi. TPB memberikan landasan awal kepada seluruh elemen masyarakat untuk saling terhubung dan bekerjasama.
“Ini penting terutama dalam menghubungkan sektor yang sebelumnya belum optimal dengan museum. Dengan ini museum bisa memanfaatkan kesempatan untuk berkolaborasi dengan pemerintah, industri dan masyarakat dalam mewujudkan TPB dan tujuan bersama,” tutupnya. (r)