November 25, 2024
Daerah Kesehatan

BPOM Sidak Takjil di Wanasari Denpasar, Hasil Negatif Bahan Berbahaya 

Denpasar-kabarbalihits

Tim dari Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Denpasar, melakukan pengawasan makanan buka puasa dengan menguji sampel makanan dan minuman dari pedagang jajanan takjil di kawasan Masjid Baiturrahmah, Desa Wanasari, Jalan A.Yani Denpasar, Selasa (5/4/2022). 

Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui adanya kandungan bahan berbahaya pada olahan makanan yang dikonsumsi saat berbuka puasa. 14 jenis sampel makanan yang diperiksa oleh tim BPOM diketahui hasilnya negatif. 

Kepala BBPOM Denpasar, Drs. I Made Bagus Gerametta, Apt. menyampaikan, pengawasan dilakukan terkait dengan produk pangan yang diedarkan saat bulan Ramadhan ini mengalami peningkatan. Dimana keamanan pada pangan yang akan dikonsumsi sangat penting dengan syarat yang ditentukan, seperi kemasan, label, ijin edar dan masa kadaluarsa. 

“Pengawasan ini dilakukan terkait dengan buka puasa atau takjil. Untuk melihat apakah bahan pangan tersebut mengandung bahan berbahaya atau tidak,” ucapnya. 

Secara random dari 14 sampel jenis makanan yang diuji, hasilnya negatif tidak mengandung bahan berbahaya. Disebutkan bahan berbahaya yang biasa digunakan pada makanan adalah bahan pengawet formalin, borak, dan zat pewarna makanan. 

“Harapan kami melakukan ini agar bagi saudara-saudara yang melakukan buka puasa menkonsumsi pangannya yang aman bermafaat dan bermutu,” harapnya. 

Nantinya, pengawasan serupa juga akan dilakukan di wilayah yang lain. 

Jika dalam pengawasan ditemukan bahan berbahaya pada pangan, pihaknya akan memberikan tindakan tegas bagi pelaku usaha yang membandel. 

“Ini untuk melindungi masyarakat agar memperoleh produk yang aman,” jelasnya. 

Ditambahkan, menjadi target pengawasan biasanya produk makanan yang kenyal seperti bakso, ketupat dan lainnya. 

“Ada unsur pengenyalnya. Kemudian yang berwarna atau yang tahan lama,” imbuhnya. 

Baca Juga :  Sekda Adi Arnawa Terima LHP Semester II dari BPK RI Perwakilan Bali

Selama pengawasan dari 3 tahun sebelumnya, pelaku usaha makanan dinilai telah sadar tidak menggunakan bahan tambahan yang berbahaya. 

Secara teknis, penguji 4 bahan bahaya pihaknya menggunakan rapid tes (tes cepat). 

“Andaikata ditemukan positif, akan dibawa ke lab untuk meyakinkan lagi apakah produk itu benar kandungannya. Ada rapid tes bahan kimia, ada mikrobiologi,” tutupnya. (kbh1)

Related Posts