November 25, 2024
Opini Seni Budaya

Tumpek Krulut Bukan “Valentine” Ala Bali, Apa Alasannya??

Denpasar-kabarbalihits

Belakangan ramai diperbincangkan mengenai Tumpek Krulut yang menjadi “Valentine” nya Bali. Terkait hal tersebut, salah seorang akademisi Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar yang juga sebagai penyuluh agama Hindu, I Kadek Satria, S.Ag.,M.Pd.H di Denpasar, senin (14/2) mengatakan, Tumpek Krulut tidak bisa dikatakan sebagai Valentine ala Bali, karena Tumpek Krulut mengandung makna yang sangat luhur.

Satria berpendapat, dari beberapa literatur mengenai Tumpek Krulut, dikatakan bahwa Tumpek Krulut adalah benar sebagai harinya Tresna Asih, atau cinta kasih, atau jika di filsafat Hindu disebut dengan Prema.

“Jadi dari cinta kasih inilah muncul ada energi yang dimiliki oleh manusia untuk mencintai sesamanya, mencintai alam, dan lingkungannya, dan secara otomatis kecintaannya kepada Tuhan,” kata Satria.

Ditambahkannya,karena kecintaan dengan alam dan lingkungan akan menjadi lebih baik dan menjadi lebih bermakna dan akan bernilai lebih tinggi.

“Yang pertama begini, kalau kita kaitkan Tumpek Krulut menjadi hari Valentine ala Bali mungkin niki kurang tepat. Bahwa Tumpek Krulut adalah hari untuk kasih sayang itu adalah benar. Tetapi tidak semata-mata kasih sayang untuk penguatan libido seks. Tumpek Krulut jauh lebih luhur daripada itu. Walaupun kemudian di dalamnya Tumpek Krulut tersebut ada unsur cinta kasih kepada sesama. Seperti cinta kasih kepada lawan jenis yang sah, cinta kasih kepada suami istri, dan cinta kasih kepada keluarga,” jelasnya.

Baca Juga :  Mengingat Pesan Ungkapan Buka Wayange a Gedog

Sementara terkait dengan ide yang disampaikan oleh pemerintah, dengan menyatakan bahwa Tumpek Krulut dijadikan sebagai hari kasih sayang menurut Satria sangat menarik.

“Akan tetapi bukan Valentine ala Bali. Karena selama ini kita melakukan hari suci kita itu melulu pada ritual. Jadi semua tumpek seperti Tumpek Wariga, Tumpek Uye, kemudian Tumpek Wayang dan Tumpek Kuningan serta Tumpek Krulut ini kan selama ini kita melulu bergelut dengan ritual. Jadi mempersembahkan sesuatu seperti Banten itu kita tunjukan kepada Tuhan untuk memohon seperti, memohonkan tumbuhan agar baik yakni pada Tumpek Wariga, memohonkan hewan-hewan baik pada saat Tumpek Uye, dan lainnya,” bebernya.

Sementara pada Tumpek Krulut ini diaktualisasikan dengan memuja semua alat-alat musik. Karena Tumpek Krulut yang berasal dari kata “Lulut” artinya adalah keterikatan, keterhubungan, dan gabungan.

“Nah kalau kemudian ini di kontekskan sebagai Hari Valentine, kita perlu lihat bahwa jika valentine ini adalah mungkin budaya untuk memunculkan kasih sayang, libido, hasrat antara laki-laki dan perempuan. Namun berbeda dengan konteks Tumpek Krulut tidak hanya cinta kasih lawan jenis saja, Tumpek Krulut jauh daripada itu, bahwa mengupacarai dan melakukan pemujaan dalam rangka memelihara Tresna Asih yang ada dalam diri kita untuk kita tuangkan kepada alam dan lingkungan kita,” pungkasnya. (kbh2)

Related Posts