November 25, 2024
Seni Budaya

Pujawali di Pura Saptagiri Kencana “Pura Untuk Memuja 7 Gunung di Bali”

Denpasar-kabarbalihits

Pura Saptagiri Kencana, berada di Banjar Semaga, Kelurahan Penatih, Dentim. Tepat pada tilem ke pitu, dan tepat pada hari minggu (2/1) pura yang baru diplaspas beberapa waktu lalu ini melaksanakan upacara piodalan yang dilaksanakan setiap setahun sekali. Dengan demikian perayaan suci di pura ini dikategorikan sebagai Pujawali.

“Jadi pura ini baru rampung pembangunannya, dan berdasarkan lontar peninggalan leluhur kami, yakni raja-raja Bali pada jaman Kesari Warmadewa, dan prasasti kami yang berada di Pura Gaduh yang terletak di Blahbatuh, Pura Saptagiri Kencana ini sesungguhnya adalah pura yang dipakai untuk memuja tujuh gunung yang ada di Bali, yang diambil dari purana-purana yang masih berbahasa sansekerta,” ucap Ida Dukuh Acharya Dhaksa selaku pendiri dan pemrakarsa Pura Saptagiri Kencana.

Sementara 7 gunung yang ada dalam purana, adalah Gunung Agung, Gunung Lempuyang, selanjutnya Gunung Andakasa, yang ke 4 adalah Gunung Erawan, berikutnya Gunung Batur, Gunung Mangu atau Puncak Mangu, dan terakhir adalah Gunung Batu Karu.

Ida Dukuh Acharya Dhaksa menambahkan, Pura Saptagiri Kencana merupakan penyawangan atau perpanjangan dari Pura Saptagiri yang berada di Pura Gaduh Desa Blahbatuh.  “Pura ini baru diupacarai dengan upacara melaspas saja, belum ngenteg linggih memungkah, karena isi dari prasasti yang ada di Pura Gaduh Blahbatuh, dan prasasti yang ada di merajan leluhur kami, maka Pura Saptagiri Kencana akan diupacarai bertepatan dengan upacara menurut arah mata angin di laut yang ada di pulau Bali.

“Yaitu daerah timur, selatan, barat dan utara, serta akan dilakukan di tiga danau, begitu juga di dua puncak gunung yang ada di bawahnya. Barulah dilakukan proses ngenteg linggih disini,” imbuhnya seraya upacara ngenteg linggih tersebut akan berlangsung kurang lebih di tahun 2027.

Ada hal menarik dari bhisama yang tercetus pada warisan leluhur pura ini. Yakni ada 3 hal, yang pertama adalah menjaga hubungan yang harmonis antara sesama manusia. “Dalam satu kalimat yang sangat indah, yakni ‘De Merasa Sing Menyama’.  Adalah kalimat pertama yang ada dalam bhisama leluhur kami yang tercetus saat abad ke delapan,” tegas Ida Dukuh.

Konsep yang ke 2 diwariskan dalam bhisama tersebut adalah konsep ‘Yen Sing Ngelah Karang Carik, Awake To Tandutin’. “Dimana leluhur kami sangat mengutamakan pendidikan, sehingga kita generasi berikutnya tidak boleh lepas dari pendidikan. Dan Kalimat terakhir yang sangat indah dalam bhisama leluhur kami adalah ‘Dije Ye To Nongos, Mangde Setata Medue Guna Desa’, yang artinya dimanapun kita berada, kita harus mampu menjadi pelopor ditempat itu serta berguna dan bermanfaat untuk masyarakat,” jelasnya.

Baca Juga :  Doakan Gering Agung Cepat Berlalu, Puri Tegal Denpasar Pemecutan Gelar Upacara Pakelem Agung Pemahayu Jagat

Pengarep Pura Saptagiri Kencana, I Wayan Artana,S.Ag,M.Fil.H mengatakan, Pura Sapta Giri Kencana juga merupakan salah wujud pelestarian dari seni ukiran yang mulai langka saat ini. “Sehingga dengan demikian diharapkan dipura ini mampu mewujudkan kedamaian yang ada di dunia,” pungkasnya. (kbh2)

Related Posts