Ikuti Jejak Ayah, Oka Terjun Ternak Ular
Denpasar-kabarbalihits
Tidak sekedar suka dengan hewan reptil khususnya Ular, pemuda yang tinggal di Jalan Diponegoro, Banjar Pekambingan, Denpasar Barat, Oka Widiartana (29) meneruskan hobinya untuk mengembang biakkan ular jenis reticulated python yang biasa disebut sanca.
Berinteraksi dengan ular dimulai sejak tahun 2015 karena pengaruh dari Ayahnya yang juga suka dengan ular. Dimana jejak orang tuanya tersebut diteruskan menjadi bisnis musiman yang menjanjikan baginya. Tak tanggung-tanggung, kini Oka telah memiliki 18 ekor Sanca dengan 7 indukan dengan panjang 6 meter lebih.
“Sebelumnya dari hobi orang tua, terus saya iseng-iseng, ketagihan. Dulu cuma niat melihara aja nggak ada niat untuk kembang biak. Sekalinya berhasil, nah darisana ketagihan lagi perdalam lagi untuk hobi ular ini,” Ungkap Oka Widiartana saat ditemui di kediamannya (26/12).
Dalam proses pengembangbiakan, Oka telah berhasil 10 kali panen dari beberapa indukan ular yang dimiliki dengan jumlah telur yang berbeda.
“Relatif tergantung induk. Induk semakin besar, telur makin banyak. Jadi satu induk 40 telur pernah. Tahun ini 25 telur yang netas 18 ekor. Pernah Paling sedikit 15 telur dari satu induk,” Jelasnya.
Menurutnya, setahun sekali hasil perkawinan ular jenis reticulated python atau sanca yang dimiliki biasanya menghasilkan anakan warna yang berbeda dari indukannya. Dimana anakan ular tersebut biasanya dijual secara online dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah, ke sesama penghobi.
“Rp 150 sampai Rp 5 juta, Rp 6 Juta ada. Tergantung motif, tergantung ukuran pengaruh juga,” Bebernya
Dari segi pakan Oka tidak menemui kendala, karena dianggap sepenuhnya dari hobi. Diperkirakan mengeluarkan biaya pakan sebanyak Rp 1 juta perbulan untuk semua ular peliharaannya.
“Makan sebulan sekali, atau dua kali sebulan. Saya kasih ayam kondisi hidup mati. Biaya makan makan kisaran Satu Jutaan per bulan untuk seluruh ular,” Ucapnya.
Dilanjutkan, untuk ular indukan yang berukuran 6 meter mampu menghabiskan 10 ekor ayam. Baginya di masa pandemi saat ini berpengaruh terhadap bisnisnya, sebab kurangnya kegiatan pada komunitas membuat daya beli menurun.
“Terpengaruh juga karena pandemi ini, untuk dijual agak susah juga,” Ujarnya.
Uniknya tidak hanya menjual anakan ular, Oka juga menerima pesanan dari beberapa orang untuk menyisihkan kulit kering dari hasil ganti kulit dan kotorannya yang dipercaya untuk menyembuhkan penyakit.
“Kulitnya itu katanya bisa dipakai obat, entah itu dipakai obat apa, ada aja yang mesan sama kotorannya, saya hanya kasi aja,” Imbuhnya.
Lainnya, pada musim ular kawin beberapa orang sengaja datang membawa sapu tangan maupun kaos untuk diletakkan diantara ular jantan dan betina, yang dipercaya sebagai keberuntungan.
“Nanti disaat kena sperma ular itu dipakai, entah bisa dipakai judi, menang terus. Kurang tahu juga sih, saya ngasi aja sih kalau ada yang mesan musim kawin. Pas kawin selipin kaosnya,” Tutupnya. (kbh1)