July 31, 2025
Daerah Seni Budaya

Resmi Jadi Sulinggih, Ida Bhagawan Gana Dwijananda dan Ida Bhagawan Patni Gana Dwijananda Diharapkan Mampu Menjadi Penyejuk Umat

Denpasar-kabarbalihits

Ida Bhawati I Gusti Agung Made Wisnawa bersama Ida Bhawati Istri Anak Agung Ketut Ayuningsas telah melewati prosesi Mediksa (penobatan sulinggih) bertepatan pada Wuku Kuningan, Jumat (19/11) di Griya Gana Mandala Jalan Buana Kubu, Gang Asam XIV, Desa Tegal Harum, Denpasar Barat. Keduanya diberikan gelar Bhiseka sesuai pemberian dari Nabe, yang disahkan melalui Surat Keputusan (SK) PHDI Kota Denpasar, yaitu Ida Bhagawan Gana Dwijananda, untuk diksita lanang, dan Ida Bhagawan Patni Gana Dwijananda bagi diksita istri.

SK tersebut dibacakan oleh Sekretaris PHDI Kota Denpasar I Made Arka, yang disaksikan langsung dari Nabe prosesi Dwijati Kasulinggihan, diantaranya sebagai Nabe Napak, Ida Pandita Mpu Nabe Jaya Acharyananda, Nabe Waktra, Ida Pandita Mpu Nabe Jaya Wijayananda dan Nabe Saksi, Ida Pedanda Nabe Gede Putu Bhaskara Manuaba.

Setelah melewati prosesi Kasulinggihan, PHDI Kota Denpasar berharap kepada kedua Sulinggih baru ini agar mengemban kewajiban dharma sebagai seorang Sulinggih, salah satunya sebagai Sang Apta (panutan) dan Sang Petirtan sebagai penyejuk bagi umat khususnya di wilayah Denpasar.

“Yang kedua Satyawati, saya meminta kepada Ida, apa yang dikatakan agar satya dari hati dan tidak hanya satya dari bicara saja. Ketiga, sebagai Sang petirtan. Tidak saja membuat Tirta, juga sebagai penyejuk kepada umat di Denpasar,” Ucap Sekretaris PHDI Kota Denpasar.

Sementara Nabe Napak, Ida Pandita Mpu Nabe Jaya Acharyananda menyebutkan,  prosesi diksa yang dilakukan kedua Sulinggih baru ini adalah Upacara Diksa Apodgala. Dalam perguruannya, sebelum melakukan Diksa Apodgala atau Diksa Paripurna wajib diawali dengan Diksa Munggah Bhawati (penerimaan sisya/ murid).

“Tanpa Diksa tidak dibenarkan belajar Agama, maka harus di Diksa dulu. Mungkin asing kedengaran dengan istilah Bhawati, dengan tegas ada di Dharma Sastra juga di dalam lontar Kandaning dadi jatma, dijelaskan Bhawati adalah orang yang mendalami ilmu yang bersifat utama, Jnana Wisesa. Maka disini dia diberi pengetahuan secara biologis dianggap Munggah Bhawati sebagai ibaratkan Sisya (murid) ke kandungan rahim perguruan Nabe,” Ungkap Ida Pandita Mpu Nabe Jaya Acharyananda.

Dilanjutkan Ida Nabe, Diksa Apodgala di perguruannya tidak lagi menunggu masa waktu untuk ‘Ngelinggiyang Weda’ dan ‘Mulang Lingga’. Namun usai upacara Apodgala, Diksita langsung melakukan prosesi kedua tersebut.

“Dengan prosesing ini menunjukkan bahwa yang bersangkutan sudah layak, karena ini adalah grand opening sebenarnya. Sehingga ada 3 hari waktu untuk istirahat, pasca itu silahkan untuk melakukan kegiatan ritual,” Jelas Ida Nabe.

Gelar yang diberikan kepada kedua Diksita adalah hasil kesepakatan. Dimana khususnya di Bali erat kaitannya dengan kewangsaan geonologis. Namun dikatakan sebenarnya di Bali tidak ada Sulinggih yang dikotak-kotakkan sesuai wangsa.

“Tidak ada namanya Sulinggih Jaba, Sulinggih Anak Agung, yang penting kalau sudah Sulinggih jelas ada proses Amati Raga, dimana dia sudah tidak lagi menjadi pemilik bagi keluarganya karena sudah milik umat, tapi kenyataanya tetap dalam aspek sosiologi itu masih membawa nama dari keluarganya,” Kata Ida.

Sehingga sesuai dengan trah leluhurnya, kedua Sulinggih baru ini diberikan gelar Ida Bhagawan.

“Dia sudah tidak lagi memakai nama welakanya, dulu namanya Wisnawa sekarang bergelar Ida Bhagawan Gana Dwijananda, Dwijananda itu dari garis perguruan Nabenya, Gana itu spesifik kebetulan simbol kewangsaannya menggunakan Ganesha jadi kita beri nama Gana, yang istri ditambah Patni saja,” Papar Ida Nabe.

Ditekankan, Diksa bukanlah sebuah obsesi mencari Jabatan, namun Sulinggih yang telah mengalami proses Dwijati benar-benar bisa menjadi tauladan bagi umat.

Menurut Ida Nabe, hal ini dikaitkan dengan dinamika Agama saat ini yang mengalami perubahan sosial begitu gencar, terutama adanya pengaruh Agama berbasis kapitalis.

“Kapitalis ini berasal dari ciri kateristik dari agama imperialisme. Sehingga dengan demikian konsep-konsep agama tidak rela modal berbagi, yang penting dia bisa mengajak orang untuk masuk dengan cara menjelekkan. Maka kehadiran Sulinggih tidak hanya hadir untuk menyelesaikan ritual Upacara saja tapi bagaimana memberikan pendidikan,” Tegas Ida.

Pada kesempatan tersebut, Ida Bhagawan Gana Dwijananda, bersama Ida Bhagawan Patni Gana Dwijananda menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat membantu proses Upacara Diksa Dwijati ini. Terkait harapan dari PHDI Denpasar untuk menjadi seorang Sulinggih panutan dan penyejuk umat, Ida Bhagawan akan berusaha untuk Satya Semaya menjaga kesucian agar mampu menjadi penyejuk umat, dan akan melaksanakan swadarma sebagai seorang Sulinggih.

“Mohon dari semua pihak kami berharap diberikan tuntunan walaupun kami sudah resmi menjadi Sulinggih, agar kami dapat melaksanakan swadarma kami sebagai seorang Sulinggih,” Harap Ida Bhagawan.

https://youtu.be/SFSqePmJQFk

Disinggung mengenai pembatasan seorang Sulinggih untuk bermedsos, Ida Bhagawan menilai sebagai pisau bermata dua yakni bisa untuk membunuh diri sendiri, sisi lain dapat mencelakai orang lain. Sehingga Ida Bhagawan akan berusaha tidak akan menggunakan media sosial dalam kesehariannya.

“Sebagai seorang Sulinggih tetap beusaha tidak menggunakan media sosial terutama Facebook, atau media lain supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Karena di dalam media itu ada komen-komen yang mungkin saja tidak sesuai dengan Kesulinggihan,” Jelas Ida Bhagawan.

Baca Juga :  Minyak Goreng Curah di Badung Tersendat, Satgas Minyak Goreng Polres Badung Terus Lakukan Pantauan

Dalam Karya Rsi Yadnya Diksa Apodgala Dwijati ini juga dihadiri Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, bersama Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara.

Wagub Bali Cok Ace merasa senang, adanya warga Bali khususnya umat Hindu yang meningkatkan taraf kerohanian menjadi Sang Dwijati. Pihaknya sangat mensyukuri dengan bertambahnya Sulinggih di Bali dalam ngastitiang jagat.

“Bertambah lagi satu Surya Swana ngastitiang jagat, sareng makeh ngastitiang jagat pastika jagat duwe manuh sareng sami,” Imbuhnya. (kbh1)

Related Posts