
Doakan Gering Agung Cepat Berlalu, Puri Tegal Denpasar Pemecutan Gelar Upacara Pakelem Agung Pemahayu Jagat
Denpasar – kabarbalihits
Menjaga keharmonisan Bali sekaligus agar bisa terlepas dari gering agung Covid -19, Puri Agung Tegal Denpasar menggelar Upacara Melasti dan Pakelem Agung Pemahayu Jagat, Kamis (4/11/2021) di Pantai Matahari Terbit, Sanur. Upacara ini dilakukan bertepatan dengan Tilem Kelima dan Hari Raya Sugian Jawa.
Upacara Melasti dan Pakelem Agung Pemahayu Jagat, diawali dengan rombongan pasemetonan Puri Tegal Denpasar Pemecutan menyungsung Ida Bhetara dari Puri Tegal menuju Pantai Matahari Terbit, Sanur.
Inisiator Karya Pakelem Agung Pamahayu Jagat sekaligus Pemucuk Puri Tegal Denpasar Pemecutan, Dr. Anak Agung Ngurah Manik Danendra, S.H., M.H., M.Kn. yang akrab disapa AMD mengatakan upacara ini adalah salah satu peran aktif dari Pasemetonan Ageng Puri Tegal Denpasar Pemecutan untuk menjaga keharmonisan di Bali. Dalam upacara melasti ini, Ida Bhatara ikut menyaksikan pakelem pemahayu jagat yang dilaksanakan di Pantai Matahari Terbit
Yadnya Pakelem Agung ini menggambil tingkatan Utamaning Utama dengan menggunakan kerbau, kambing hitam, angsa, bebek, ayam manca warna dan saran lainya.
Prosesi upacara dipuput empat orang sulinggih yakni Ida Pedanda Made Manggis Keniten Siladan, Ida Pedanda Istri Buda Aji Batuan, Ida Rsi Bhujangga Giri Kusuma Angkling dan Ida Pedanda Sakti Telabah Badung.
Turut hadir dalam pelaksanaan upacara tersebut, Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali, Prof. I Gusti Ngurah Sudiana, Anggota DPD RI Dapil Bali H. Bambang Santoso, Ketua Umum Yayasan Mahendradatta, Shri I Gusti Ngurah Wira Wedawitri Wedastera Putra Suyasa, S.Sos.,SH.,MH., serta seluruh Penglingsir Puri Tegal Denpasar-Pemecutan dan Penglingsir Puri lainnya di Kota Denpasar, Paiketan Pemangku Pawana Shanti Provinsi Bali yang juga memberikan dukungan penuh serta apresiasi atas pelaksanaan Karya Agung Pakelem dan Pemelastian ini.
Menurut Agung Manik Danendra yang akrab disapa AMD, upacara pakelem pemahayu jagat ini adalah permohonan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, serta manifestasi beliau dalam wujud Bhatara Baruna. Agar memberi anugerah keselamatan jagat, serta karahayuan jagat. Khususnya di masa pandemi saat ini, agar pandemi Covid-19 segera mereda bahkan hilang. Sehingga Bali dan Nusantara, bahkan dunia bisa bebas dari gering agung akibat Covid-19 ini.
Upacara ini pula, merujuk dari lontar Widhi Sastra Roga Sanghara Gumi, yang ditulis oleh Bhagawan Darmaloka di era kerajaan Majapahit. “Dengan disaksikan ida bhatara-bhatari, semoga upacara pakelem pamahayu jagat ini mampu membersihkan bhuana agung dan bhuana alit dari pandemi,” tegas AMD di sela-sela acara didampingi pula Yajamana Karya Mangku Gede I Gusti Ngurah Mendra, S.Sos. M.Ag.,. Keseimbangan yang diharapkan sesuai dengan ajaran Tri Hita Karana, yaitu keseimbangan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia, dan manusia dengan alam semesta.
Pakelem agung pamahayu jagat ini tujuannya juga menyeimbangkan keharmonisan jagat Bali. “Agar Bali kembali metaksu, dan bersinar lagi dengan upacara pakelem agung ini,” imbuh AMD. Mengingat akibat pandemi ini, Bali adalah salah satu wilayah Indonesia yang sangat terpuruk karena bergantung pada pariwisata. “Kami berupaya secara niskala dan sekala. Terkait pamahayu jagat ini, kami sekeluarga pasemetonan puri, telah melakukan koordinasi dengan PHDI Bali, dan acara ini didukung Pemkot Denpasar,” sebut AMD.
Pasemetonan puri yang hadir, diantaranya adalah Puri Pamecutan, Puri Kaleran, Puri Jero Kuta, Puri Gelogor, Puri Jambe, Puri Tegal, serta Pasemetonan Ageng Puri Tegal juga hadir. “Pakelem ini mengambil tingkatan utamaning utama, dengan korban suci berupa kerbau, kambing, angsa, bebek, ayam yang masih hidup,” sebut Pamucuk Puri Tegal Denpasar Pamecutan ini. Pakelem agung dipuput atau diselesaikan total empat pedanda, yakni pedanda siwa, pedanda budha, dan sulinggih bhujangga.
“Pemangku Pura Luhur Sandat Tegal, dan paiketan pemangku juga hadir di sini,” imbuhnya. Harapannya dengan diadakan upacara ini, Bali bisa pulih kembali dan terbebas dari pandemi. Harmonis kembali, seimbang, dan metaksu seiring pulihnya ekonomi.
“Dalam kaitannya dengan pandemi covid 19, kami berharap supaya gering agung ini bisa lekas berlalu, sehingga perekonomian Bali bisa pulih kembali. Upacara ini didukung pula oleh Pemkot Denpasar dan PHDI Bali,” jelas AMD.
Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, S.E. mengungkapkan raya syukur dan menyampaikan apresiasi atas upacara yang telah digelar oleh Puri Tegal Denpasar Pemecutan. Menurutnya upacara ini sangat tepat dilakukan saat Tilem Kelima karena banjar – banjar di Denpasar sebagian besar juga melakukan upacara nangluk merana. Dengan upacara ini, Jaya Negara berharap Bali bisa segera terbebas dari pandemi sehingga ekonomi masyarakat bisa pulih kembali.
“Mudah-mudahan apa yang menjadi harapan penglingsir Puri Agung Tegal dan juga harapan kita bersama agar Bali segera pulih, masyarakatnya bisa beraktivitas kembali, dan ekonominya pun bisa pulih. Kami intinya berterima kasih atas pelaksanaan upacara pemelastian dan pakelem pemahayu jagat,” ungkap Jaya Negara yang dalam kesempatan ini juga menghaturkan dana punia yang diterima Yajamana Karya Mangku Gede I Gusti Ngurah Mendra.
Ketua PHDI Bali, Prof. Dr. Drs. I Gusti Ngurah Sudiana, M.Si mengatakan upacara melasti dan pakelem agung pemahayu jagat sesuai dengan lontar purana Bali bertujuan agar laut bisa bersih dan lestari, ditandai dengan ngaturang pakelem di tengah laut.
“Secara umum upacara ini adalah pehayuhayuning bhuana, supaya alam semesta bisa harmonis. Upacara pakelem ini adalah rangkaian dari upacara sad kertih yaitu segara kertih. Melasti itu memohon tirta amerta ke laut untuk memberikan kehidupan kepada umat manusia. Makanya sangat tepat upacara ini dilaksanakan bersamaan dengan Sugian Jawa, saat umat Hindu di Bali melaksanakan penyucian bhuana agung, “ jelas Prof. Sudiana.
Guru besar IHDN Bali ini menjelaskan, bahwa upacara pamahayu jagat adalah upacara untuk karahayuan jagat dan mendapatkan amerta. Sehingga dengan adanya amerta atau air kehidupan di laut, maka umat manusia secara tidak langsung pula akan mendapat manfaatnya.
“Dapat perlindungan dari manifestasi Tuhan, yang berada di laut yakni Sang Hyang Baruna. Dan sebagai peleburan, maka seluruh kemelaratan kesengsaraan, penderitaan dan sebagainya dari manusia akan bisa dilebur di laut, karena sudah mendapatkan tirta amerta dari Bharara Baruna,” jelasnya.
Sementara itu anggota DPD RI dari Bali, H. Bambang Santoso berharap upacara ini sekaligus bisa membawa keharmonisan dan kedamaian sesama anak bangsa.
“Harapan kami tentunya bukan hanya kebaikan tetapi juga keharmonisan antar sesama anak bangsa juga terwujud. Kedamaian tercipta, kemudian sesama anak bangsa menjadi lebih damai dan lebih rukun,” kata H. Bambang. (kbh5)