November 25, 2024
Daerah Kesehatan

Penitipan Jenazah Penuh, RSUD Wangaya Dirikan Tenda

Denpasar-kabarbalihits

Kondisi penitipan di beberapa Rumah Sakit di Bali mengalami peningkatan yang signifikan. Hingga Rumah Sakit memutuskan untuk menutup penitipan jenazah. Seperti yang dialami RSUD Wangaya Denpasar, hingga membuatkan tenda sementara diluar Ruang Pemulasaraan Jenazah untuk menampung jenazah yang dititipkan warga.

Kepala Instalasi Pemulasaraan Jenazah RSUD Wangaya, Ida Bagus Gede Rama Praba Vananda menyampaikan, kondisi penitipan jenazah saat ini di RSUD Wangaya telah dibuatkan penambahan tempat. Hal tersebut disebabkan dari Rumah Sakit lainnya tidak lagi menerima jenazah Covid-19 dikarenakan penuh.

“RS Sanglah, RS Mangusada Kapal, dan RSBM pun juga penuh untuk penitipan jenazahnya. Jadi warga banyak yang kebingungan. Hari ini sudah 8 kali menolak jenazah dari luar, dari Tabanan, dari Surya Husada mengantre 3 jenazah, karena kita menunggu yang pulang, karena di Bali kita ketahui menunggu hari yang baik” Ucapnya (10/8).

Untuk kapasitas penitipan jenazah di RSUD Wangaya sebenarnya hanya menampung 21 jenazah di rak freezer, dan 10 jenazah peti. Dengan meningkatnya kasus meninggal karena covid-19, untuk saat ini penambahan penitipan jenazah total menjadi 70 jenazah bisa ditampung yang ditempatkan dalam tenda dan ruang atas Kantor Pemulasaraan Jenazah.

“Itu masih ada tempat urgent, kita gunakan kantor diatas. 3 hari yang lalu benar-benar full sampai tidak bisa menerima lagi,” Jelasnya.

Dengan banyaknya jenazah yang dititipkan, ia bersama petugas lainnya merasa cukup kewalahan.

“Ya cukuplah kewalahan, tapi namanya tugas kita tidak boleh mengeluh,” Ujarnya.

Dinilai komposisi jenazah yang dititipkan di RSUD Wangaya seimbang yang meninggal karena Covid-19 maupun meninggal karena penyakit lainnya.

 “Ya kalau kita ada tempat pasti kita terima, kita mealayani masyarakat daripada masyarakat kebingungan. Kadang ada masyarakat sampai nangis-nangis minta tempat,” Katanya.

Untuk jenazah Covid-19 penempatannya dibedakan yakni menggunakan peti di dalam tenda, sedangkan jenazah non covid ditempatkan dalam rak freezer.
Khusus dalam memperlakukan jenazah, pihaknya telah mendapat pelatihan dari Rumah Sakit setempat yakni mengutamakan adat istiadat, baik umat Hindu maupun non Hindu.

“Seperti muslim dikavankan dengan baik, karena saya bukan muslim jadi saya punya batasan-batasan yang tidak boleh saya lakukan. Untuk teknis lainnya dibantu dari MUI, satgas sahabat subuh. Kalau dari kristiani tekhniknya hanya menggunakan Cuma memakai pakaian lengkap dan jas, kita fasilitasi. Kalau warga Bali kita pernah beberapa kali langsung ‘Preteka’ jenazah dalam ruangan, tergantung permintaan keluarga penghormatan terakhirn di Budha pun sama, ”Bebernya.

Ditegaskan, pada intnya masyarakat menyetujui protokol kesehatan apapun latar belakang adat istiadatnya, tekhnisnya akan diusahakan terpenuhi. 

“yang penting tidak melanggar protokol kesehatan, kalau ada keluarga yang mau ikut berpartisipasi kita siapkan APD (Alat Pelindung Diri) itu kebijakan direksi,” Imbuhnya.

Baca Juga :  Supadma Rudana Minta Menkomarves Buka Pariwisata Bali, Kasus Positif Covid-19 Naik Bukan Alasan

Dalam menangani jenazah covid-19 diakui tidak muncul adanya rasa takut jika terpapar virus covid-19, justru yang ditakutkan adalah ketika ada warga yang menolak jenazahnya diperlakukan sesuai protokol, hingga meluapkan emosi.

“Yang saya takutkan pada saat warga menolak dan marah-marah, itu baru saya takut. Kalau pengambilan jenazah saya tidak takut. Karena saya sangat yakin kita memberikan penghormatan terakhir yang baik terhadap almarhum, pasti beliau memberikan kita hal yang terbaik juga,” Pungkasnya. (kbh1)

Related Posts