Hanya Bisa Bertahan, Kawasan Water Sport Tanjung Benoa Mati Suri
Badung-kabarbalihits
Memprihatinkan, ungkapan tersebut digambarkan pada kondisi kawasan Water Sport Pantai Tanjung Benoa saat ini. Dari awal pandemi mewabah, pelaku usaha Water Sport di Tanjung Benoa merasa terpukul, terlebih diperpanjangnya PPKM Level IV hingga 9 Agustus 2021.
Sepanjang Pantai Tanjung Benoa terlihat ratusan perahu boat terombang-ambing di pesisir, sesekali terlihat jet ski melintas di perairan hanya untuk dipanaskan oleh salah satu operator water sport.
Bendesa Adat Tanjung Benoa, Made Wijaya mengatakan kawasan water sport Tanjung Benoa bagian dari wisata bahari, yang merupakan program dari Kementrian Pariwisata dimana hingga saat ini tidak mendapat sentuhan stimulus dari Pemerintah Pusat.
“Stimulus yang diberikan kepada Hotel dan Restoran kita tidak mendapat bagian disini, padahal wisata bahari kan menyumbang pajak dan terdaftar di Gahawisri (Gabungan Pengusaha Wisata Bahari),” Ungkap Made Wijaya ditemui di Tanjung Benoa, (5/8).
Di saat situasi seperti ini hanya menguatkan hati dengan tabah yang bisa ditularkan Made Wijaya kepada seluruh pengusaha water sport di kawasan pantai Tanjung Benoa.
“Dengan tanggung jawab karyawan yang diliburkan, sampai sekarang tamu tidak ada yang berkunjung seolah-olah mati suri. Apa boleh buat, kebijakan pemerintah yang harus didukung sebagai warga negara, sebagai pelaku pariwisata, harapan kita semoga yang terjangkit virus ini terus menurun, dan pemerintah membuat konsep terobosan menyikapi sektor dibawah dalam memulihkan ekonomi,” Harapnya.
Made Wijaya yang juga pemilik Pandawa Water Sport mengaku mengalami kerugian dalam sebulan mencapai Rp 200 Juta di saat PPKM diperpanjang karena usahanya terpaksa ditutup.
“Omset kita itu paling minim Rp 30 Juta maksimal 150-200 Juta, bisa kita kalikan dalam sebulan sudah bisa mengatur semua tatanan kita di perusahaan. Karena situasi sekarang ini, sudah tentu kita sampai pinjaman kredit Bank terhambat dari pendapatan hasil investasi uang yang kita pinjam untuk investasi itu,” Bebernya.
Menurutnya dari kebijakan PPKM yang tidak memperbolehkan melakukan aktivitas di obyek wisata hiburan, terdapat 23 jenis usaha serupa di Tanjung Benoa yang terdampak. “Ada 23 perusahaan yang ada di Tanjung ini, mayoritas pengusaha-pengusaha lokal hampir 90 persen,” Katanya.
Sedangkan pendapatan untuk Desa Adat Tanjung Benoa dari potensi sektor pariwisata setiap bulannya merugi hingga 1,5 Miliar, yang telah berlangsung selama setahun lebih. “Kalau kita di Water Sport seluruhnya miliaran ruginya. Dihitung dari pengusaha-pengusaha lebih dari angka miliaran,” Ujarnya.
Saat jenis usaha water sport di Tanjung Benoa ditutup secara keseluruhan, diakui pekerja tidak ada yang beralih profesi, saat ini hanya bisa bertahan hidup.
“Dengan laut yang ada kita bisa mencari ikan untuk efisiensi, yang terberat kita disini kan kebutuhan-kebutuhan pangan yakni beras, karena kita tidak ada sawah, ya harus beli, listrik harus bayar, mau tidak mau harus bagaimana caranya efisiensi segala sesuatu, bahkan ada yang sampai jual barang,” Imbuhnya.
Diketahui Tanjung Benoa yang terletak di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung ini bukan satu-satunya penyedia layanan watersport di pulau Bali, namun di kawasan ini yang paling lengkap memiliki operator watersport dan banyak jenis permainannya. Kini para pengusaha water sport hanya bisa menunggu keadaan normal kembali. (kbh1)