
PPKM Darurat Diberlakukan, Pengusaha Jasa Transportasi di Bali Kembali Menjerit
Denpasar-kabarbalihits
Sempat menghela nafas sejenak, Pariwisata Bali kembali lumpuh setelah PPKM Darurat Jawa dan Bali diberlakukan. Hal ini sangat dirasakan pelaku Pariwisata salah satunya bagi pengusaha jasa Transportasi Wisata di Bali.
Seperti yang disampaikan Ketua United Bali Driver, Made Yogi Ananta Wijaya, setelah penyekatan hari Lebaran ia Bersama anggota driver lainnya telah merasakan angin segar karena adanya pergerakan hingga 50 persen. Namun sejak PPKM Darurat diberlakukan 3 Juli lalu, otomatis pendapatan anjlok sebab wisatawan domestik yang akan ke Bali membatalkan liburannya. “Kebanyakan yang cancel itu via udara, karena PCR pastinya harganya mahal, yang kedua ditujukan ke penutupan-penutupan objek wisata. Ya untuk apa datang ke Bali kalau objeknya ditutup,” Ucap Yogi Ananta Wijaya ketika ditemui di Kantor UBD, Denpasar Barat (5/7).
Dikatakan dampaknya dipastikan bersama 500 lebih anggota UBD lainnya akan istirahat total, karena tidak ada pekerjaan lain yang menunjang perekonomiannya.

Ketua United Bali Driver, Made Yogi Ananta Wijaya
“Kita tidak bisa berkata apa-apa, karena mau bicara apapun, atau mau demo, kalau dari pusat keputusan seperti itu saya kira orang Bali tidak bisa bereaksi apa-apa,” Keluhnya.
Dijelaskan kembali, order untuk sewa mobil setelah periode Lebaran lalu, dari keseluruhan segmen sudah mulai bergeliat meski tidak sebanyak sebelum pandemi. “Dari semua segmen, baik itu mobil kecil, mobil mewah, atau mobil besar membawa grup diatas 14 orang, bahkan bus sudah mulai berjalan dan berani berangkat ke luar pulau, meski tidak sebanyak dulu (sebelum pandemi) sudah mulai ada kegiatan yang bisa menunjang parekonomian di anggota kita,” Ungkapnya
Diakui kerugian secara global pendapatan dirasakan sampai 10 persen. “Mungkin bisa dirata-ratakan, kita ada mobil 10 jadi yang aturan uang masuk 10 juta mungkin Cuma 1 juta aja yang masuk,” Katanya.
Yogi menganggap Pemerintah Pusat tidak ada tanggung jawab dalam memberlakukan PPKM Darurat, karena tidak disertai adanya bantuan. “Mungkin karantina dengan Bahasa yang halus, tapi disini tidak disertai dengan bantuan atau BLT, tidak ada Bahasa seperti itu, kasarnya mengambil tindakan terus ditinggal,” Ujarnya.
Padahal menurutnya di Bali mempunyai predikat terbaik dalam penerapan prokes di masa pandemi, serta tingkat target vaksinasinya tertinggi. “Satu setengah tahun keluar masuk bali harus menggunakan prokes yang ketat tetapi kenapa masih disamakan dengan provinsi lain (penerapan PPKM Darurat),” Pungkasnya.
Dinilai juga kebijakan penanganan Covid-19 yang ditetapkan terkesan tarik ulur. Diharapkan untuk segera membuka kegiatan Pariwisata di Bali “Setelah hal ini apakah ada penurunan masalah covid, kalau sudah tidak ada lagi masa mau terus-terusan seperti ini. Harapannya untuk segera membuka Bali, pariwisata kegiatan di Bali dengan ketentuan prokes yang ketat seperti yang telah berjalan 1,5 tahun ini,” Jelasnya.
https://youtu.be/C-SVXxdoDwc
Ditambahkan, banyaknya anggota UBD yang tidak mampu membayar kredit sehingga membuat mobil ditarik dari awal pandemi mewabah. “Jadi sekarang kita tinggal bertahan aja sih, dan berharap kepada Pemerintah supaya bisa memperjuangkan Bali agar bisa dibuka,” Harapnya.
Sementara Pengusaha jasa Transportasi lainnya, I Gede Susila Asmara mengaku, pendapatannya mengalami penurunan drastis hingga 90 % sejak diberlakukannya PPKM Darurat Jawa-Bali ini. Ia merasa kewalahan dan berharap keadaan ini pulih kembali sesegera mungkin. “Bagaimanapun juga Bali yang menjadi andalan kan pariwisata,” Katanya.
Susila yang memliki 30 unit armada hanya bisa pasrah, dengan situasi ini kerugian yang diterima sampai 5 juta per hari. Namun ia mempunyai trik untuk bertahan untuk biaya operasional beberapa armadanya yakni dengan mengalihkan armadanya ke Lombok dan Labuan Bajo melalui relasinya. “Jadi kita melirik kesana untuk sementara waktu, beberapa armada saya pindahkan ke daerah lain, ada lima unit untuk penambahan biaya operasional,” Tutupnya. (kbh1)