
Temuan Relawan Sudirta Saat Gelontor Bantuan, Nasib Penyandang Disabilitas Masih Memprihatinkan
Karangasem-kabarbalihits
Nasib penyandang disabilitas di daerah sampai di pelosok, umumnya masih sangat memprihatinkan, walaupun sudah ada Undang-undang tentang Penyandang Disabilitas, yakni UU No. 8/2016. Walaupun sudah lima tahun diundangkan, para penyandang disabilitas belum merasakan seperti apa bentuk kongkret program pemerintah untuk penyandang disabilitas.
Temuan itu, dihimpun relawan Anggota Komisi III DPR RI, Wayan Sudirta, yang secara berkala melakukan kunjungan daerah pemilihan, untuk menengok dan mengantarkan sumbangan kecil bagi penyandang disabilitas. Sudirta sendiri, selain duduk di DPR, ia juga Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali, serta Wakil Kepala Badiklat Pusat DPP PDI Perjuangan, dan salah seorang wakil Bali yang cukup aktif menyuarakan kepentingan Bali di pusat.
Sumbangan berupa beras dan dana taliasih, tentu tidak seberapa jumlahnya, dibanding kebutuhan sehari-hari para penyandang. Diantara Relawan yang turun, ada Putu Wirata Dwikora, Nyoman Artana, Made Suka Artha, Wayan Ariawan, Made Rai Wirata, Wayan Sukayasa, dan relawan lapangan yang berasal dari pengurus KORdEM, pengurus Ranting PDI Perjuangan, dan simpatisan partai berlambang banteng tersebut.
Dalam kunjungan Jumat, Sabtu, Minggu (18-20 Juni 2021), di Desa Labasari, Kecamatan Abang, para Relawan Anggota DPR RI Wayan Sudirta menyerahkan paket sumbangan untuk 21 penyandang disabilitas. Dari 21 penyandang disabilitas tersebut, sebagian besar merupakan penyandang yang kondisi fisik dan mentalnya cukup parah.
Sebutlah misalnya, Komang Ayu, 22, di Dusun Bantang, Desa Labasari. Gadis ini sejak kecil sudah abnormal pertumbuhannya, dan di usia 22 tahun ini, ia masih seperti bayi. Ayu bahkan ‘’dikurung’’ dalam sebuah ruang yang sempit, dengan pintu besi yang terkunci. Orangtuanya harus pergi saban hari untuk bekerja di kebun, dan kondisi Ayu dititip pada ‘’tetangga’’ rumah, yang tidak sepenuhnya merawat.
Di Dusun Bebayu, ada Wayan Putu, 50, yang dalam beberapa tahun ini mengalami kebutaan. Sebelum buta, Putu merasakan sakit kepala yang amat sangat, perlahan matanya berkunang dan buram, sampai akhirnya kehilangan penglihatan sama sekali.
Di Dusun Peselatan, ada Ni Nyoman Lanus (35) dan ibunya yang juga sudah renta dan sakit-sakitan. Nyoman mengalami gangguan fisik, pincang di dua kakinya, sementara ibunya yang pernah kena struk, harus bertongkat untuk melakukan langkah dan gerakan kecil sekalipun.
‘’Mereka hidup dari membuat anyaman tikar kecil dari daun lontar,’’ kata Kepala Dusun Peselatan, yang mendampingi penyerahan sumbangan Wayan Sudirta tersebut. Karena fisiknya yang sakit-sakitan, sehari paling banyak ia bisa membuat 4 sampai 5 lembar tikar, yang diambil oleh pengepul dengan harga Rp 10.000,- untuk 5 lembarnya.
‘’Dari uang itulah mereka menyambung hidup,’’ kata tetangga ibu penyandang tersebut.
Para Kepala Dusun di Desa Labasari, yakni Kepala Dusun Bebayu, Dusun Mrita, Dusun Mekarsari dan Dusun Bantung dan Peselatan, memiliki data tentang para penyandang disabilitas, dan berharap pemerintah menyiapkan program kongkret berkelanjutan untuk para penyandang.
‘’Kami sangat berterimakasih pada Pak Wayan Sudirta dan Relawan, atas perhatiannya pada penyandang disabilitas di dusun kami,’’ ujar Kepala Dusun Merita.
Sudirta sendiri selaku anggota DPR RI, sampai tahun kedua mewakili Bali di Senayan, sudah menggelontor lebih 15,586 ton beras, ditambah masing-masing 10 kg beras dan sejumlah dana taliasih- untuk sekitar 500 sampai 1000 penyandang disabilitas yang telah ditargetkan dijenguk setiap tahunnya.(r)