November 25, 2024
Daerah Pariwisata

Kunang-kunang Langka, Pria di Desa Taro Sulap Lahan Sawah Jadi Konservasi Kunang-kunang

Gianyar-kabarbalihits

Keberadaan Kunang-kunang, serangga yang dapat mengeluarkan cahaya pada malam hari sangat susah untuk dijumpai di wilayah perkotaan, namun ribuan kerlipnya kini dapat kita nikmati di Desa Taro, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar. 

Berangkat dari kecintaan dan kepeduliannya terhadap alam, seorang pria yang kesehariannya sebagai pebisnis batu paras taro bernama Nyoman Sudaryana, menyulap lahan pribadinya menjadi tempat yang indah dan romantis untuk dikunjungi, yakni mendirikan konservasi kunang-kunang. 

“Pekerjaan saya bukan di pariwisata, sehari-harinya mengerjakan bisnis paras taro lalu saya mencoba melestarikan alam dengan konservasi kunang-kunang, bersama teman saya,” Ucap Nyoman Sudaryana ketika kabarbalihits bersama tim Kampus BETA Ubud berkunjung ke The Fire Flies Garden, Desa Taro, Tegalalang, Gianyar (4/3). 

Sudaryana yang akrab disapa Komang Petak menilai serangga kecil yang mengeluarkan cahaya dari perutnya sangat langka, dan rentan dengan pembasmi hama mengandung zat kimia, pestisida. Sehingga ia menjaga lingkungan dan membantu pertumbuhan tanaman di areal persawahannya dengan pupuk organik. 

“Makanya di sawah saya ini saya pakai pupuk organik, kotoran lembu, sama sapi. Kunang-kunang itu langka, makanya saya coba menjaganya dengan konservasi, alamnya supaya kunang-kunangnya tetap terjaga,” Jelasnya.

Dikatakan, selain di areal miliknya, kunang-kunang masih bisa dijumpai di sekitar Desa Tegalalang namun tidak sebanyak di tempat konservasi yang ia dirikan. Dengan lahan seluas 3 hektar, Ia bersama sepupunya membuat konsep obyek wisata kekinian dengan tetap menjaga keseimbangan ekosistem alam. 

“Tapi kebetulan di sawah ladang saya banyak ada, soalnya saya dari 5 tahun tidak pernah pakai pestisida di ladang atau sawah. Udara masih bersih, air bersih,” Tegasnya. 

Sedangkan tempat yang diperlukan untuk penangkaran kunang-kunang tidaklah luas, hanya memerlukan lahan seluas 4×30 meter. Yang terpenting pada kawanan kunang-kunang tersebut merasa nyaman dan betah menempati areal penangkaran. 

Dilanjutkan, kedepannya ia akan melepas liarkan kunang-kunang yang ditangkarnya kembali ke alam.

“Sementara kan saya tangkar, kedepannya kunang-kunang sudah ada di alam bebas semuanya,” Ujarnya. 

Ia juga mengajak petani sekitar Desa Taro untuk menggunakan pupuk organik pada lahan sawah milik masing-masing, agar lingkungan kembali asri. 

“Baru-baru ini saya mengajak teman-teman yang disamping, untuk petaninya menggunakan pupuk organik supaya tidak pakai pestisida,” Katanya. 

Diakui sejak dibukanya konservasi kunang-kunang ini tahun lalu, tepatnya tanggal 8 Agustus 2020, telah ada kunjungan dari masyarakat umum yang ingin menikmati malam dengan indahnya suasana kerlip cahaya kunang-kunang dengan warna merah pucat, kuning, ataupun hijau.

“Kunjungan ada, bulan Desember termasuk banyak kunjungannya, tetapi sementara belum memungut distribusi. Untuk umum masih gratis sementara,” Jelasnya. 

Kedepan Komang Petak akan memungut distribusi kepada pengunjung untuk biaya konservasi. Namun untuk perawatan pada konservasi kunang-kunang diakui belum menemukan kendala yang sangat berarti.

Baca Juga :  Sulap Ruangan Dengan Konsep Urban Jungle, Enji Rogoh Kocek Hingga Rp 20 Juta

“Sementara sih belum ada, gampang-gampang aja.” Katanya. 

Kembali ia berharap keberadaan kunang-kunang akan terlihat bebas di alam, seperti kenangan yang dinikmati pada masa kecilnya.

“Kunang-kunang ini supaya tidak saya tangkar lagi, ada di alam liar. Supaya banyak seperti saya kecil,” Harapnya. 

Diketahui keberadaan kunang-kunang dapat dijadikan indikator kebersihan lingkungan sekitar. Serangga ini dapat hidup jika lingkungannya dengan udara segar, tanah subur, dan air jernih. 

Kebanyakan kunang-kunang ditemukan di daerah dengan kelembaban tinggi dan hangat seperti kolam, sungai, dan persawahan.

Baca Juga :  Pupuan, Desa Wisata Mengandalkan Alam Tanpa Merusak Lingkungan

Untuk menyaksikan kerlipan cahaya kunang-kunang hanya bisa dinikmati pada malam hari, sebaiknya jika berkunjung ke The Fire Flies Garden Desa Taro, perjalanan dimulai sore hari. 

Sedangakan untuk mengisi waktu, para pengunjung telah disiapkan spot untuk berswafoto di area konservasi.

Sebelumnya pada Januari 2021, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Sandiaga Salahuddin Uno, beserta rombongan melakukan kunjungan kerja ke konservasi kunang-kunang di Desa Taro, dalam rangka untuk memulihkan pariwisata dan perekonomian Bali di tengah Pandemi Covid-19. (kbh1)

Related Posts