
Dibuka Gubernur Koster, Mahasabha IV MWBW Tekankan Peningkatkan Kualitas SDM di Era Digital
Denpasar – kabarbalihits
Gubernur Bali Wayan Koster mendukung adanya Pasemetonan sebagai salah satu cara untuk membangun kebersamaan internal dan menunjukan rasa bakti kepada leluhur atau Kawitan.
Dan sebagai bagian Krama Bali tentu Warga Pasemetonan harus berpartisipasi aktif, menjalankan dan mendukung kebijakan Pemerintah Daerah,Provinsi maupun juga Kabupaten/Kota.
Hal tersebut disampaikan Gubernur Bali Wayan Koster usai membuka Mahasabha IV Maha Warga Bhujangga Waisnawa (MWBW) di Gedung Wanita Nari Graha Renon Denpasar, Minggu (14/2) yang ditandai dengan pemukulan Kulkul.
Mahasabha IV MWBW yang menerapkan Protokol kesehatan pencegahan Covid-19 secara ketat dengan rapid test antigen dengan hasil negatif, dihadiri puluhan orang peserta secara langsung di lokasi acara, dan ratusan orang lainnya mengikuti secara daring melalui zoom meeting.
Lebih lanjut Gubernur Wayan Koster menyatakan apresiasiasinya atas terselenggaranya Mahasabha IV Maha Warga Bhujangga Waisnawa (MWBW).
“Titiang mengetehui betul Pasemetonan ini, karena di desa titiang Sembiran juga ada semeton Bhujangga Waisnawa.Satu Banjar sendiri, orangnya baik-baik,militan dan berani, jadi ada karakternya tersendiri,”tuturnya.
Pihaknya selaku Gubernur Bali, Lanjut Wayan Koster tentu mendukung adanya Pasemetonan ini ( Maha Warga Bhujangga Waisnawa ) karena ini menunjukan satu cara untuk membangun kebersamaan diinternal pasemetonan, menunjukan rasa bakti kepada leluhur atau Kawitan.
“Menurut titiang ini harus dipelihara terus, jangan pernah lupa dengan keberadaan leluhur, kalau sampai lupa bisa kena Pastu, apalagi berkhianat, wah itu lebih berat lagi,”terangnya, sembari mengajak agar pasemetonan tetap dijaga minimal untuk kepentingan internal pasemetonan secara posotif,dengan membangun solidaritas, kekompakan membangun semangat gotong royong dalam memajukan keluarga pasemetonan.
“Dan juga setelah itu tentunya, sebagai bagian Krama Bali tentu berpartisipasi aktif, secara bersama-sama menjalankan,mendukung kebijakan Pemerintah Daerah,Provinsi maupun juga Kabupaten/Kota, bagi Krama Bali yang ada disini maupun yang ada diluar Bali,”tegasnya.
Ketua Umum Moncol Pusat MWBW periode 2015-2020, Guru Gde Made Subagia, dalam sambutannya mengatakan, tujuan organisasi MWBW adalah membina kelompok kecil masyarakat dalam suatu paiketan pasemetonan yang cinta damai dengan sikap rendah hati sehingga tercapai kehidupan yang harmonis.
Keberadaan kemoncolan MWBW tidak saja ada di seluruh kabupaten/kota di Bali, namun juga ada di luar Bali seperti di Lombok (NTB), Banyuwangi (Jatim), Jakarta, Lampung, dan Sulawesi. Adapun program kegiatan yang dilaksanakan Moncol MWBW selama ini banyak berkaitan pelestarian adat, budaya, dan agama Hindu Bali. Hal ini sejalan dengan visi Pemerintah Provinsi Bali, Nangun Sat Kerthi Loka Bali Melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana Menuju Bali Era Baru.
Menurut Guru Subagia, ke depannya Moncol MWBW ingin lebih banyak merangkul dan memberdayakan generasi muda atau kalangan milenial. Terlebih dengan perkembangan pesat teknologi digital saat ini yang dikuasi para milenial. Dengan kekuatan digital, banyak hal yang bisa dilakukan dan dapat berdampak kepada lebih banyak orang.
“Kami ingin digitalisasi ini menyentuh pengelolaan organisasi pasemetonan sehingga kegiatan yang dilaksanakan tidak saja bermanfaat bagi kalangan intern moncol, tetapi juga bisa memberi manfaat bagi semeton lainnya, krama Bali dan umat Hindu secara umum,” jelasnya.
Terkait dengan penggunaan tiga buah Kulkul dan pementasan tari Selat Segara pada Pembukaan Mahasabha ini, Penglingsir Maha Warga Bhujangga Waisnawa, Profesor, Dr Wayan Rai menjelaskan Kulkul merupakan salah satu identitas budaya Bali yang penuh kharisma.
“Sebagai sebuah identitas, Murdaning Jagat Bali Bapak Gubernur dalam hal ini, memukul pertama Kulkul itu sebanyak tiga kali, nah dimensi tiga dalam kebudayaan adat Bali kan sangat luar biasa, lahir, hidup, mati dan dari Pak Gubernur kemudian disaut oleh Angga Bendesa Agung dan Guru Moncol hal itu menunjukan kuatnya relasi antara Pimpinan tertinggi dan seterusnya,serta disaut oleh Baleganjur sebagai simbol masyarakat yang ikut menyambut Mahasabha,”ujar Mantan Rektor ISI Denpasar ini sembari mengatakan tari Selat Segara merupakan tarian dengan nuansa sedikit religius sebagai tari penyambutan yang dikemas salah satu Penglingsir Maha Warga Bhujangga Waisnawa di Los Angeles Amerika Serikat ,dan dirinya selaku penata musik.
Ketua Panitia Mahasabha IV MWBW, Guru I Nyoman Cakra, menyampaikan, mahasabha ini digelar dengan berakhirnya masa bakti kepengurusan Moncol Pusat MWBW periode 2015-2020. Dikatakannya, seharusnya mahasaba sudah digelar tahun lalu, namun karena pandemi Covid-19, baru bisa dilaksanakan tahun 2021. Pelaksanaan mahasabha ini bertujuan untuk mempererat persaudaraan, mengevaluasi program kerja moncol pusat, dan memilih pengurus baru untuk periode 2021-2026.
Guru Cakra menambahkan, kegiatan ini mengangkat tema “Melalui Mahasaba IV MWBW Kita Tingkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Menghadapi Era Baru dan Bersama-sama Mewujudkan Nangun Sat Kerthi Loka Bali.” “Kami selaku panitia mengucapkan terima kasih kepada Bapak Gubernur Bali dan Pemerintah Provinsi Bali atas dukungan serta bantuannya dalam pelaksanaan kegiatan mahasabha ini sehingga dapat terselenggara dengan baik dan lancar,” ucapnya.
Hadir pula dalam kesempatan ini, Bendesa Agung Majelis Desa Adat (MDA) Bali Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet, Perwakilan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali, dan Perwakilan Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bali. (kbh6)