November 25, 2024
Peristiwa

Ida Bhawati Agung Wisnawa Tanggapi Pemuda Tewas Tertusuk Keris, Pakem Sudah Lepas

Denpasar-kabarbalihits

Menanggapi musibah yang menimpa I Gede Nep (16) yang tewas usai tertusuk keris, saat pertunjukan tari Rangda serangkaian upacara ritual Napak Pertiwi. Pemuka Agama Hindu, Ida Bhawati Agung Wisnawa menilai adanya salah prosedur yang dilakukan sehingga terjadi insiden.

Ida Bhawati Agung Wisnawa yang sebelumnya sebagai salah satu pelaku pertunjukan Calonarang dari Sanggar Genta Wisesa mengungkapkan, insiden tidak akan terjadi apabila pertunjukan seni sakral tersebut mengikuti prosedur.

“Kita ungkap satu-satu, mulai dari pakemnya, dari keamanannya, mulai dari proses upacaranya. Dari segi pakem, tarian Rangda nike yang tiyang pelajari, yang berhak nusuk sesuai dengan cerita ya satu orang saja. Setelah itu ada tambahan-tambahan tukang ngunying dan sebagainya mungkin desa mawacara, hanya di suatu daerah tertentu seperti di Pangrebongan” Ucap Ida Bhawati Agung Wisnawa ketika ditemui di Griya Buana Kubu, Denpasar Barat. 

Ketika hal tersebut dimasukkan dalam ide satu cerita maka pakem cerita awalnya menjadi tidak nyambung, yang dicontohkan pada penyalonarangan.

“Tentang Walunateng Dirah dengan Patih Taskara maguna yang diajak, sedangkan yang tukang tebek niki dalam cerita jadi apa? , ini tidak masuk disuatu cerita, pakem sudah lepas” Jelas Ida Ratu. 

Dilanjutkan Ida, Jika hal itu ada disuatu daerah tertentu maka ada protap yang jarus dijalani. 

“Maaf, mungkin secara niskala ‘Duwe’ disana mempunyai benda sakral jadi ada kekuatan lain diluar kemampuan manusia yang bisa menahan senjata tajam, tetapi diluar dari itu kadang-kadang kita melihat tetebekan begitu kita ikut-ikutan, padahal asal mula dari suatu daerah tetebekan itu ada kekuatan tertentu. Nah kadang-kadang diadopsi oleh sanggar-sanggar lain untuk mengikuti, sedangkan tata caranya tidak dilakukan” Kata Ida Ratu. 

 

Ida mengatakan, jika adanya seni berkolaborasi dengan agama magis dijadikan pertunjukan, maka perlu teknik atau trik tertentu. 

“Teknik atau tata cara nusuk, bagaimana standar pengamanan si penari tiyang rasa ada. Kalau itu dilakukan terkait kasus ini, kalau tidak ada magis benda-benda tertentu ya pakailah protap secara sekala. Kalau perlu pakai pelindung pakailah pelindung” Terang Ida. 

Ida memaklumi dengan bergesernya pakem yang ada, hal tersebut sudah tidak menarik untuk dilakukan oleh generasi muda. 

“Generasi muda sekarang pakem itu sudah mulai ditinggalkan, dan wajar seniman mengikuti perkembangan yang ada. Misalnya seniman hanya ngikuti pakem, tapi yang menonton tidak ada ya juga rugi. Makanya seniman juga tergerus oleh keinginan oleh masyarakat” Ujar Ida.

Apabila ingin mengikuti keinginan masyarakat, dihimbau tetap mengikuti trik atau metode tertentu agar pertunjukan menjadi aman. 

“Sama dengan kepolisian, meski pintar mengendarai motor tetap harus pakai helm, tujuannya mengikuti prosedur harus safety, pengamanan itu harus ada” Imbuh Ida. 

Ida juga menganggap ada kemungkinan kesalahan secara niskala sehingga terjadi yang tidak diinginkan.

“Mungkin ada kesalahan yang tidak dilakukan semestinya harus dilakukan. Yang tiyang yakini sampai terjadi seperti itu, ada salah prosedur yang dilakukan oleh penari, panitia, tukang unying, dan penonton pun mungkin bisa ada kesalahan” Kata Ida. 

Ida Bhawati berharap agar kembali ke pakem, dan tidak berlarut-larut serta tidak menjadi kesalahan. 

“Apakah Rangdanya salah, Jangan-jangan nanti tidak ada pertunjukan Calonarang lagi” Ujar Ida.

Diakui, dibutuhkan kepada semua pihak untuk menyamakan persepsi terkait pertunjukan ataupun tarian yang disakralkan. 

Ida Ratu kembali berharap, kepada para seniman penari Calonarang untuk mempelajari kembali pakem-pakemnya. 

Baca Juga :  Jadi Fotographer di Bali, Bule Rusia Diperiksa Pihak Imigrasi

“Minimal tahu dulu pakemnya, kalau sudah tahu pakemnya, kita mengembangkannya lebih gampang. Seperti contoh Rangda itu dalam bahasa sansekerta Janda, rambutnya panjang, putih, lingsir (tua), maaf teteknya ngeplek, kalau sudah seperti itu perawakannya bagaimana tariannya? pasti juga lingsir, pelan, bahkan jaman dulu iringan gending tidak seperti sekarang yang cepat, dipakai yang halus” Tutur Ida.

Diketahui kejadian tewasnya I Gede Nep saat pertunjukan Rangda, terjadi di sebuah rumah di kawasan Banjar Belong Gede Jalan Sutomo, Denpasar, Bali, Kamis (4/2/2021) dini hari.(kbh1)

 

Related Posts