Kapidada minta Pemkab Gianyar hadir tuntaskan permasalahan peternak babi
Gianyar-kabarbalihits
Tanpa disadari kasus Covid-19 telah melupakan virus menjangkit babi yang berdampak tidak mampunya peternak memelihara babi. Apalagi Selama 3 bulan terakhir harga daging babi khususnya di Kabupaten Gianyar mengalami penurunan yang sangat drastis. Sehingga peternak babi mengalami kerugian yang sangat besar. Turunnya harga tersebut merupakan imbas dari penyakit yang menyerang babi di beberapa wilayah Kabupaten Gianyar, Khususnya di sentra-sentra peternak babi. Harga daging babi sempat mencapai di titik terendah yakni Rp. 10.000 per kilogramnya. Namun saat ini trend menyatakan harga daging babi kembali melonjak.
Belum diketahui penyebab naiknya harga daging babi. Beberapa kalangan menilai apakah karena sudah membaiknya daya beli masyarakat atau karena langkanya daging babi di pasaran. Sementara itu wilayah Kabupaten Gianyar dengan sentra peternak babi belum berani memulai beternak karena virus yang menjangkiti babi waktu lalu belum ada kepastian apakah sudah bebas atau belum. Seperti dikawsan Ubud, Para peternak belum yakin virus yang ada di babi sudah berlalu. hanya saja menurut Perbekel Singakerta, I Ketut Murja, ada segelintir warga yang beternak babi namun sampai saat ini tidak terlihat sehat. “Itupun dengan melanjutkan memelihara babinya dengan makanan tradisional. Sayangnya, Pemerintah belum memberikan sosialisasi terkait fenomena di kalangan peternak babi ini”, ujarnya
Ditemui ditempat terpisah Rabu (3/6), anggota DPRD Kabupaten Gianyar, I Gusti Ngurah Kapidada, SE mengatakan, pihaknya akan berusaha terus mencari penyebab fenomena terkait harga daging babi yang drastis turun dan kembali melonjak ini. Politisi Gerindra ini mengharapkan kehadiran pemerintah khususnya dari dinas peternakan Kabupaten Gianyar untuk memberikan edukasi kepada masyarakat utamanya peternak babi untuk mendapatkan kepastian dan jaminan terkait dengan usaha peternakan babi. Menurut wakil rakyat asal Banjar Teruna, Desa Blahbatuh, di Kabupaten Gianyar sendiri tidak hanya peternak besar saja yang ada namun juga peternak rakyat yang mengisi kekosongan kesehariannya dengan memelihara babi juga tergantung dari berternak babi.
“Apalagi dalam waktu 3 bulan ke depan umat Hindu di Bali akan dihadapkan dengan hari raya Galungan dan Kuningan yang identik dengan daging babi tidak hanya untuk sesajen namun juga konsumsi di keluarga”, pungkasnya (kbh2)