December 7, 2024
Daerah

Atasi Inflasi, Dinas Pertanian dan Pangan Badung Dorong Masyarakat Munggu Tanam Bawang Merah

Badung-kabarbalihits

Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung melakukan gerakan tanam bawang merah di Subak Munggu, Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Badung. Kegiatan yang digelar jumat (14/7) ini dilakukan sebagai langkah konkret dalam menghadapi inflasi yang sering kali dipicu oleh harga bawang merah dan cabai rawit.

Disela-sela kegiatan, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung, Dr. I Wayan Wijana, S.Sos.,M.Si mengatakan gerakan ini juga bertujuan untuk memberikan motivasi kepada petani dalam meningkatkan produksi bawang merah, mengingat komoditi ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

Dijelaskan, Badung merupakan daerah dengan tingginya permintaan bawang merah, mencapai rata-rata 1800 ton per tahun. Namun, luas tanam bawang merah di Gumi Keris ini masih tergolong kecil. Oleh karena itu, Dinas Pertanian dan Pangan Badung berupaya mengembangkan demplot bawang merah dengan mengalokasikan sekitar 2 hektar lahan. Salah satunya berada di Subak Munggu dan satunya lagi di wilayah Desa Mengwi.

“Melalui pengembangan bawang merah ini, kami berharap dapat memberikan edukasi dan motivasi kepada para petani untuk mengembangkan budidaya bawang merah. Kami juga ingin memberikan perhatian dan insentif kepada petani di Subak Munggu, mengingat ancaman alih fungsi lahan di wilayah ini cukup tinggi,” ujar Wijaya.

Pemerintah Badung melalui Dinas Pertanian dan Pangan hadir untuk memberikan pendampingan, fasilitas, dan insentif kepada para petani. Diharapkan melalui kegiatan ini, jumlah petani yang terlibat dalam pengembangan bawang merah dapat terus meningkat. Pemerintah juga berupaya untuk memberikan bantuan pembiayaan melalui dana desa, sehingga petani dapat mengembangkan budidaya secara mandiri.

Terkait respon dari masyarakat, khususnya petani di Subak Munggu terhadap program ini menurut Wijaya sangat baik. Terbukti dari jumlah petani yang terlibat dalam kegiatan pengembangan bawang merah, yang awalnya hanya 15 orang, kini telah meningkat menjadi 32 orang. Diharapkan, kegiatan ini dapat menjadi contoh bagi petani lainnya dalam mengembangkan komoditas pertanian yang rentan memicu inflasi.

Baca Juga :  PkM Kolaborasi Prodi MKn, MH & Doktor Hukum Pecahkan Persoalan LPD di Desa Adat Kelan

Hadir pada kesempatan tersebut Kepala Balai Standar Instrumen Pertanian (BSIP) Bali, Dr. Drh. I Made Rai Yasa, MP. Usai kegiatan kepada wartawan, Rai Yasa mengatakan melihat kondisi lahan pertanian di Munggu sudah mulai habis akibat alih fungsi lahan. Mau tidak mau ke depan memang harus mengembangkan komoditas yang memiliki nilai ekonomis tinggi.

“Karena kalau mengembangkan padi di lahan sempit, biayanya Rp150 ribu per are,  kalau dijual tebasan Rp 200-250 ribu, petani hanya dapat Rp50-100 ribu per are selama 4 bulan. Sehingga petani lari ke pekerjaan lain, ” ungkap Rai Yasa.

Berbeda dengan budidaya bawang merah, dengan estimasi produksi 100 kg per are dijual Rp 20 ribu per kg, petani sudah dapat Rp2 juta dengan biaya produksi 60% (Rp 1,2 juta) sehingga petani mendapatkan hasil Rp.800 ribu per are. “Penghasilan jauh lebih tinggi ketimbang budidaya padi walaupun lahan sempit tapi menghasilkan,” tandasnya.

Dinas Pertanian dan Pangan Badung berharap bahwa melalui upaya ini, kebutuhan akan bawang merah dan komoditas pertanian lainnya yang sering kali memicu inflasi dapat terpenuhi dengan baik. Dengan kolaborasi antara pemerintah dan petani, diharapkan sektor pertanian dapat berkembang secara berkelanjutan dan memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi masyarakat Badung.(kbh2)

Related Posts