
Mini 4WD Kembali Tren di Denpasar, Pehobi Rela Rogoh Kocek Hingga Puluhan Juta Rupiah
Denpasar-kabarbalihits
Balapan mini 4WD atau dikenal Tamiya kembali tren di Denpasar yang dimainkan oleh berbagai kalangan, dari anak-anak hingga orang tua.
Nge-hitsnya permainan mobil rakitan ini bermula saat pandemi Covid 19, hanya sekedar untuk menghilangkan rasa jenuh bagi sebagian para pekerja yang dirumahkan saat itu, sekaligus mengobati rindu masa kecilnya di era 90an.
Seiring waktu dengan banyaknya pehobi yang kembali memainkan mini 4WD ini, sejumlah pemilik track sirkuit mini 4WD di Denpasar pun berinisiatif mewadahi para pecinta 4WD dengan membuat acara fun race, dan berlanjut menyelenggarakan liga mini 4WD di Bali.
“pemilik track menampung yang tidak punya kegiatan saat itu (Pandemi Covid 19) dibuatlah tempat untuk menyalurkan namanya teras Tamiya, ada juga W7 dibuatlah fun race. Melihat sekarang perkembangan mini 4WD semakin rame, dibuatlah liga Bali Damper,” kata salah seorang panitia, Made Suarsa di Graha Yowana Suci Denpasar, Sabtu (20/7/2024).
Panitia liga Made Suarsa, akrab disapa Wak Ade menyebut liga mini 4WD open race ini telah berlangsung sejak Januari 2024, dan final dilaksanakan pada 20 dan 21 Juli 2024 dengan total hadiah Rp 10 juta.
Peserta liga mini 4WD datang dari sejumlah Kabupaten/ Kota di Bali, bahkan dikatakan adanya satu tim dari NTT turut meramaikan acara ini.
“acara lombanya ramai, mungkin mereka dulu yang pernah bermain mini 4WD ini mengembalikan kenangan dulu, nostalgia,” ujarnya.
Tidak hanya sekedar bermain, diselenggarakan liga ini juga bertujuan menjaring atlet berprestasi untuk berkompetisi pada PON di Aceh nantinya.
Sementara salah seorang peserta, bernama Windu mengaku dirinya bersama tim maju ke final setelah ikut merebutkan poin di beberapa seri, dan saat ini puncaknya untuk merebutkan juara umum.
Windu beralasan tertarik bermain mini 4WD saat ini, karena di masa kecilnya belum mampu membeli unit rakitan 4WD beserta sparepart yang harganya lumayan mahal. Dengan kondisi sekarang telah bekerja, Windu rela mengeluarkan uang hingga Rp puluhan juta untuk menyalurkan hobinya.
“saat ini sudah bisa bekerja, bisa kita beli sparepart dan segala macam ada income sendiri. Jaman sekolah dulu belum bisa. Untuk budget lumayan sih, ya puluhan juta,” pungkasnya. (kbh1)