December 4, 2023
Seni Budaya

Tumpek Uye, DTW Uluwatu Berikan Dua Gebogan Buah Bagi 650 Monyet, Juga Lepasliarkan 75 Burung Perkutut

Badung – kabarbalihits

Bertepatan dengan Hari Tumpek Kandang atau Tumpek Uye pada Sabtu (21/10/2023) Daya Tarik Wisata (DTW) Kawasan Luar Pura Uluwatu Desa Adat Pecatu Kecamatan Kuta Selatan menyediakan dua gebogan berukuran besar dengan tunggi 2 meter lebih untuk ‘disantap’ oleh ratusan ekor monyet di dalam kawasan itu. Selain menyediakan gebogan, dalam kesempatan tersebut juga dilakukan pelepasliaran puluhan pasang burung jenis perkutut. Menariknya, langkah tersebut bagian dari upaya membangkitkan kembali perkutut Pecatu yang kini mulai langka.

Penglingsir Puri Agung Jro Kuta yang merupakan pengempon Pura Luhur Uluwatu, I Gusti Ngurah Jaka Pratidnya menyampaikan pada hari Tumpek Kandang atau Tumpek Uye dimaknai umat Hindu untuk bersinergi dengan binatang yang ada di sekitar melalui pelaksanaan upacara. “Hari ini kami di Pura Luhur Uluwatu bahwasanya kami ingin selalu dekat dengan para wenara atau para monyet di seluruh area Uluwatu,” ungkapnya di sela-sela kegiatan tersebut

Pria yang akrab disapa Turah Joko ini juga mengakui monyet di kawasan luar Pura Uluwatu semakin hari semakin berkembang. Bahkan, dikatakam saat ini jumlahnya mencapau 650 monyet yang terdiri dari 6 kelompok. Turah Joko juga tidak memungkiri kalau monyet itu adaah aset yang dimiliki di Pura Luhur Uluwatu. “Karena pada dasarnya wisatawan yang hadir ini, menikmati empat kelebihan kelebihan yakni pura, sunset, kecak, dan monyet yang ada di sini,” katanya lagi

Bendesa Adat Pecatu, I Made Sumerta menambahkan, untuk gebogan yang disediakan pada Tumpek Kandang kali ini berupa dua gebogan berisi berbagai macam buah. Penyediaan dua gebogan ini karena saat ini kunjungan wisatawan sudah mulai membaik pasca Civid-19, dan hal ini harus disyukuri. Apalagi, monyet adalah salah satu icon yang ada di Uluwatu. “Karena sekarang adalah Tumpek Kandang dan sesuai dengan tradisi, kami menghaturkan sesajen. Gebogan kami tambah karena seiring penambahan populsi monyet yang begitu pesat. Sehingga kami bersepakat dengan memberikan gebogan yang diminati oleh monyet,” tambahnya

Selama pandemi, lanjut dia, pihaknya memang hanya sebatas menyediakan satu gebogan saja. Namun, untuk kali ini sudah disediakan dua sekaligus dengan berbagai macam buah-buahan yang disukai monyet. Made Sumerta yang juga anggota DPRD Badung ini mengaku kalau ada atau tidak ada hari raya, pihaknya tetap memberikan makanan secukupnya kepada monyet. “Kami harus kembalikan kepada mereka, ada retribusi oleh wisatawan ke pundi-pundi kas, maka kami alokasikan makanan secukupnya juga untuk monyet ini. Apalagi, kita baru melewati pandemi Covid-19 yang memporak porandakan ekonomi khususnya kami di pecatu yang sangat terdampak,” katanya seraya mengaku selain memberi makan monyet, juga dilakukan pelepasliaran burung perkutut.

Sementara, Ketua Persatuan Pecinta Perkutut Indonesia, Budi Dharma mengaku berterima kasih kepada pengelola DTW Kawasan Luar Pura Uluwatu. Karena diberikan kesempatan untuk bekerjasama dan dalam waktu yang tepat saat Tumpek Kadang. Pihaknya dari pelestari burung perkutut seluruh indonesia, menyatakan pelepasliaran imi merupakan program nasional, yakni melestarikan perkutut di alam liar. “Kami bekerjasama dengan pihak Uluwatu yakni melepasliarkan dan kami memberikan bibit burung perkutut juga berjumlah 10 pasang. Kami tidak hanya melepasliarkan saja tetapi kami bertanggung jawab soal kelanjutannya,”paparnya.

Di sisi lain, manajer Pengelola Obyek Wisata Kawasan Luar Pura Uluwatu, I Wayan Wijana mengaku berterima kasih pula pada persatuan pecinta perkutut Indonesia. Pelepasliaran burung perkutut ini suatu inovasi yang dilakukan di DTW Uluwatu. Wijana juga tidak memungkiri kalau pelepasan burung perkutut ini adalah ikon lama di bukit (daerah Pecatu) yang kini mulai langka. Jika dulu, kata dia, orang kenal perkutut itu ada di bukit, namun lambat laun punah, karena ada proses pembangunan dan lainnya. “Selain kami menghargai monyet, kami sekarang ini juga berupaya membangun ekosistem kembali melestarikan lagi perkutut yang ada di bukit,” tegasnya.

Baca Juga :  Bupati Giri Prasta hadiri Puncak Karya Ngenteg Linggih di Pura Puseh Desa Adat Pelaga, Himbau Masyarakat Yang Belum Divaksin Agar Segera Mengikuti Vaksinasi

Dalam konsep Tri Hita Karana ini sangat masuk. Karena dengan konsep pariwisata budaya pelestarian burung, saling menghargai sesama, ini adalah suatu konsep yang betul-betul bersinergi. Sehingga, pihaknya menyambut baik dengan memberikan program. Wijana juga berharap terjadi suatu ekosistem burung perkutut lagi di Uluwatu ke depannya.

“Kami berharap agar burung yang pernah eksis ini bisa kembali di Uluwatu. Sehingga kita bisa mendengar lagi suara burung berkicau dan tentunya akan memberikan suasana yang bagus bagi kita,” harapnya seraya mengaku kalau perkutut pecatu sudah mulai langkah sejah tahun 1990 an,”pungkasnya. (kbh6)

Related Posts