Berhenti Jadi Karyawan PLN Tekuni Kerajinan Gantungan Tanaman Hias, Omzet Tembus Rp 10 Juta Lebih
Denpasar-kabarbalihits
Mengambil peluang untuk berbisnis tentu tidak mudah. Siapa sangka kreativitas menyulap barang bekas menjadi kerajinan tempat tanaman hias bisa menghasilkan uang hingga Rp 10 juta lebih.
Seperti dilakukan pasangan suami istri, A.A Ngurah Bagus Mahaprajadinata (37) dan A.A Istri Indah Nareswari (34) tinggal di Jalan Pulau Indah, Dauh Puri Kauh, Denpasar Barat, yang lebih memilih membuat kerajinan gantungan tanaman hias dan rela meninggalkan pekerjaan utamanya sebagai Karyawan pelayanan teknik (Yantek) PLN dan Karyawan salah satu Bank BUMN.
A.A Ngurah Bagus Mahaprajadinata yang disapa Ajik Ngurah ini mengatakan, bisnis kerajinan ini bermula dari tidak ada yang mengasuh buah hatinya, sehingga ia memberanikan diri untuk berhenti bekerja sebagai teknisi Yantek. Saat itu istrinya yang masih bekerja sebagai karyawan bank mendukung Ajik Ngurah untuk memulai berbisnis, dan menemukan ide untuk membuat tempat dan gantungan tanaman hias.
“Kita bingung mau bisnis apa, kita mulai dari apa yang ada. Istri kebetulan senang dengan tanaman hias, kebetulan tempatnya kita buat dari barang-barang yang ada juga,” kata Ajik Ngurah ditemui saat membuat gantungan tanaman tilandsia (16/12/2022).
Ajik Ngurah yang berpengalaman pada elektrikal awalnya hanya memilih pemanfaatan kawat-kawat dari kabel bekas yang dibentuk menjadi karakter gantungan tanaman hias hingga karya replika bonsai berbahan kawat.
“Ini limbah yang di buang, bahannya bagus sekali tidak berkarat seumur hidup. Bahannya betul-betul terjamin. Jadi kita buat dari kawat aluminium ini sebagai gantungannya,” jelasnya.
Seiring waktu kemudian Ajik Ngurah mulai mencari limbah lainnya yang dimanfaatkan menjadi tempat karakter tanaman hias. Misalnya kelapa tua dibentuk mirip burung cendrawasih, kaleng bekas juga dibentuk menjadi hiasan gantungan, kayu-kayu usang yang hanyut terbawa banjir pun dijadikan bahan kreativitasnya.
“kita manfaatkan semaksimal mungkin jangan sampai dibuang, kaleng bekas kita buat jadi hiasan gantungan, seperti kupu-kupu. Ada limbah sumpit bekas makan mie, sumpitnya kita pakai gantungan tanamannya, kayu-kayu bekas sapu juga,” ungkapnya.
Sedangkan tanaman hias yang dirasa cocok diletakkan pada kerajinannya hanyalah tanaman jenis Tillandsia. Sebab jenis tanaman udara ini sangat unik yang minim perawatan, dan tetap bisa hidup tanpa media tanah.
Ia memandang di Indonesia pada umumnya kebanyakan masyarakat hanya fokus dengan tanaman saja, sehingga peluang membuat kerajinan gantungan tanaman hias ini sangat besar. Karena kewalahan menerima pesanan yang dipasarkan melalui media sosial, istrinya pun berhenti menjadi karyawan bank dan ikut membantu Ajik Ngurah. Tak disangka beberapa karyanya diminati hingga ke luar negeri.
“kalau di Indonesia sudah dari Aceh sampai Papua. Kemudian Karibia di Amerika utara, dia mesannya rutin pakai agent, kita disuruh memaketkan ke tempat agentnya, kita ketemu hanya lewat tiktok sama WA,” lanjutnya.
Kerajinannya pun tidak dijual dengan harga tinggi, ia mengaku hanya memasang harga dari Rp 5000, hingga Rp 50.000 dan rata-rata omzet yang diterima tiap bulan mencapai Rp 10 Juta lebih.
“Hitung-hitung saya bandingkan dua bulan gaji sebagai pegawai, dapat 1 bulan disini,” beber Ajik Ngurah.
Dengan kewalahan membuat kerajinan ini, rencana kedepan ia akan mengajak utamanya warga setempat yang menganggur, untuk membantu bisnisnya ini.
“Kita fokus di desain, kita rancang tempatnya. Entah dibawa pulang dikerjakan dirumah oleh mereka nanti dibawa akesini dalam bentuk sudah jadi. Kita tinggal pemasarannya saja,” imbuhnya.
Untuk dapat memajukan usahanya yang baru dirintis setahun lalu diharapkan juga adanya perhatian dari Pemerintah daerah dalam bentuk permodalan serta kemudahan dalam pemasaran yang langsung dengan calon pembeli di luar negeri.
“Pembelinya entah dia di luar negeri, langsung tanpa agen. Jadi harganya bisa bersahabat,” harapnya (kbh1)